Bu Lastri sedang menyiapkan lotek di lapaknya. Foto: dok.pri/GFU
Cilacap, kopidarigita.com --Kita memang tidak bisa memilih dilahirkan di dalam keluarga yang
sempurna, dan ideal di mata manusia. Maka ada yang tumbuh besar dalam keluarga
berkecukupan materi, sebaliknya ada pula yang dibesarkan dalam kondisi serba
kekurangan.
Namun yang
menjadi kesamaan, Tuhan menganugerahkan hati, dan akal kepada manusia. Sehingga
kelak kita dapat berusaha mengubah nasib, sekuat kemampuan. Sebagaimana halnya
yang kini dijalani oleh Dewi Sulastri dari Donan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ia lahir
sebagai anak kedua dari 4 bersaudara. Sejak kecil ia dan saudaranya akrab
dengan kondisi kekurangan. Sebab orangtuanya bukan orang berada. Hal ini
ternyata membentuk watak pejuang dalam diri Sulastri dan saudara-saudaranya.
Ketika
beranjak dewasa, ia tak malu bekerja mengais rezeki. Perempuan yang akrab
disapa Lastri oleh lingkungannya ini punya impian mengumpulkan modal, untuk
meraih kehidupan yang lebih baik. Maka pada tahun 2000 ia berangkat kerja ke
Malaysia, untuk menjalani kontrak selama dua tahun.
Tahun 2002
setelah selesai kontrak kerja, ia pulang. Dari hasil jerih payahnya itu, Lastri
berhasil mewujudkan impian membangun rumah di atas sebuah lahan kosong. Rumah
ini awalnya untuk ditinggali bersama keluarganya. Sebab sebelum itu, keluarga
Lastri hanya bisa berpindah-pindah rumah kontrakan.
Lalu di
tahun 2003 ia menikah dengan Ihsan, pemuda pilihan hatinya. Masih dari hasil
tabungannya, ia bisa menyelenggarakan acara pernikahannya, tanpa meminta biaya
pada kedua orangtuanya. Setelah menikah, Lastri memutuskan tidak akan pergi
merantau kembali. Sesulit apapun kehidupannya kelak, ia bertekad menjalaninya
berdua sang suami, di negeri sendiri.
Tahun-tahun
awal pernikahan adalah masa sulit bagi pasangan ini. Pendapatan suami belum
mencukupi, ditambah kehadiran anak, cukup membuat Lastri merasa pusing. Hingga
di tahun 2008, kepulangan adiknya dari negeri jiran membawa secercah
harapan. Muncullah ide dari sang adik
agar Lastri membuka warung di depan rumahnya. Ide itu tidak serta merta
diterima. Namun karena menimbang inilah jalan terbaik bagi dirinya dapat
menambah pemasukan tanpa meninggalkan anak, Lastri akhirnya mau mencoba.
Tidak mudah
menjalankan usaha warung. Lastri mengalami jatuh bangun terlebih dahulu. Keuntungan
yang diperoleh tidak seberapa apabila hanya menjual jajanan kemasan. Maka
Lastri nekat menjual tabungan daruratnya, berupa sebuah cincin emas. Dari situ
ia menambah item jualannya, berupa es campur dan lotek (sejenis pecel).
Perlahan-lahan usahanya menunjukkan kemajuan. Mulailah ia berbenah sedikit demi
sedikit agar tampilan warung kian apik.
Memasuki
medio 2012 Lastri menambahkan gorengan ke dalam menu dagangan. Mendoan, tahu
brontak, pisang goreng, dan bakwan hasil karyanya dijual enak dan murah sehingga
dicari pelanggan. Kenyataan ini membuat Lastri makin jeli membaca keinginan
pembeli. Ketika anaknya memasuki SMP, ia melihat peluang anak sekolah yang
setiap pagi membutuhkan sarapan. Dan di sekitar warungnya belum ada pesaing
usaha serupa. Maka ia putuskan jualan nasi rames sejak selepas subuh hingga jam
8 pagi.
Keputusan-keputusan
Lastri berbuah manis. Berkat keuletan dan kerelaannya mengorbankan waktu
istirahat, usaha warungnya kian maju.
Dampaknya pun terasa signifikan pada perekonomian keluarga.
Belum lama
ini, tepatnya sejak bulan Ramadhan lalu, Lastri mencoba membuka lapak lotek dan
gorengan bersama suaminya, di depan Lapangan Karang Suci, Donan. Menurut
pasutri ini, hasil yang diperoleh ternyata lumayan. Sehingga mereka memutuskan
untuk lanjut berjualan lotek dan gorengan di tempat tersebut.
“Untuk
pelanggan yang biasa beli di rumah tetap saya layani. Mereka bisa WA ke saya, nanti lotek atau gorengannya dianter
sama suami,” terangnya ketika saya bertanya bagaimana nasib pelanggan lamanya,
belum lama ini.
Demikianlah.
Perjalanan hidup yang keras mampu menempa watak seseorang, untuk jadi pejuang
ataukah pecundang? Pilihan ada di tangan kita sendiri.
Dewi
Sulastri adalah contoh yang memilih menjadi pejuang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar