Cari Blog Ini

Sabtu, 02 September 2023

Memaknai Tragedi Kecantikan dalam Film 'Susuk: Kutukan Kecantikan'

 

Ofisial poster film Susuk
Poster Resmi Film Susuk


Oleh: Gita FU


Isu kecantikan bagi kaum perempuan memang tak lekang oleh zaman. Hanya standarnya saja yang berbeda-beda,  mengikuti tren yang berlaku. Misalkan ketika demam budaya Korea tengah marak di negeri kita, maka standar cantik itu berupa kulit wajah mulus, bersinar, dengan tubuh ramping. Maka tak heran banyak kaum perempuan berlomba-lomba mengikuti pakem ini, dengan bantuan produk-produk kecantikan dan kosmetik tertentu. 


Kenapa demikian? Karena (konon) menjadi cantik itu berarti punya privilese tersendiri. Namun benarkah? 


Film horor terbaru dari Visinema Picture berjudul 'Susuk: Kutukan Kecantikan', tampaknya mencoba memberikan jawaban lain dari pertanyaan di atas. Sutradara  Ginanti Rona menerjemahkan ide cerita dan skenario dari Husein M. Atmodjo tentang perempuan  bernama Laras (Hana Malasan), yang mengalami tragedi akibat keinginannya untuk selalu tampil cantik dengan jalan yang salah. 

Suatu malam ia jatuh dari gedung bertingkat setelah dicelakai seseorang. Seharusnya Laras meninggal dengan luka sefatal itu. Namun sesuatu mencegahnya mati. Pihak medis tak bisa berbuat apa-apa menghadapi fenomena ganjil tersebut. 

Lalu adiknya, Ayu (Ersya Aurelia), dibantu seorang teman Laras, Arman (Jourdy Pranata), memutuskan mencari pengobatan alternatif di kampung halaman mereka yang terpencil.  Di rumah masa kecil kakak beradik tersebut, rahasia kelam pun menampakkan diri.

Ternyata Laras menanam banyak susuk di tubuhnya, sebagai ganjaran bagi kecantikan dan pesona raganya. Malang, puluhan susuk itu pula yang membuat tubuh Laras tersiksa. 
Pelbagai cara ditempuh Ayu, dan Arman demi memulihkan kondisi Laras. Termasuk meminta bantuan dukun muda bernama Prasetyo (Muhammad Khan). Mereka berkejaran dengan teror dari dunia gaib hingga preman. Berhasilkah? 


Perspektif tentang Kecantikan 


M. Khan, Ersya, Jourdy
Ki-ka: M. Khan, Ersya Aurelia, Jourdy Pranata. Foto: GFU 


Saya berkesempatan berjumpa langsung dengan tiga pemeran utama film, pada acara Roadshow Cinema Visit di Dakota Cinema Kroya, Cilacap, Sabtu (2/9/2023) siang. Film yang rilis serentak di bioskop tanah air  Kamis (31/8/2023) lalu ini, diketahui meraih lebih dari 50.000 penonton di hari perdana. 

Ketika ditanya pendapatnya tentang kecantikan, Jourdy Pranata menjawab bahwa cantik tidak melulu perkara fisik.

"Buat aku dari dalam sih, kayak bagaimana dia merespon orang lain, bagaimana dia meng-handle sekitarnya," urainya usai jam pemutaran pertama. 

"Aku, tuh, melihat perempuan yang cantik tuh, yang nggak ribet, yang nggak tahu kalau itu sebetulnya cantik. Jadi kayak itu dia semakin cantik," imbuh pemuda berkulit putih ini. 

Sementara menurut Ersya Aurelia yang akrab disapa Echa oleh sesama pemeran film ini,  kecantikan justru lebih bagus yang terpancar dari hati (inner beauty). 

"Kecantikan yang sesungguhnya, tuh, kecantikan hati, ya. Jadi kalau misalnya ketemu sama orang dan, maksudnya aku juga pernah gitu posisi mengidolakan orang perempuan gitu, misalnya tapi ternyata ketika aku tahu kelakuannya atau hatinya enggak sesuai dengan paras atau fisiknya gitu langsung ngerasa illfeel," jelas gadis berhidung bangir ini.

Muhammad Khan punya pendapat sedikit berbeda. Menurut pemuda berambut ikal ini, cantik dan atraktif adalah dua hal yang saling terkait. 

"Menurut aku cantik itu ketika aku ngelihat si orang ini dia punya kemampuan public speaking yang bagus, dan attitude yang bagus. Dua itu selalu jadi, karena kadang masih nggak bisa dipungkiri ya kalau ngomong secara fisik, sih lebih suka yang rambutnya panjang yang kecil gitu, yang suaranya lembut. Tapi kadang-kadang kalau udah diajak ngobrol kalau enggak punya public speaking yang bagus dan enggak oke itu kayak, cantik yang dari luar jadi hilang. Kayak luntur, gitu. Aduh udah nggak cantik lagi. Jadi mungkin cantik dan atraktif kayak ada saling berkaitan," ungkapnya panjang lebar. 


Kesan Usai Menonton


Pemutaran Film Susuk
Tiga pemeran menyapa penonton di Dakota Cinema Kroya. Foto: GFU


Film 'Susuk: Kutukan Pengantin' ini mengangkat tema yang tak usang. Alur cerita lumayan menurut saya. Unsur drama, gore, aksi, dan komedi juga berimbang. Musik latar termasuk standar  (jumpscare, suara guruh), begitu pula tone suram yang mewarnai sepanjang durasi. Namun visualisasi kengeriannya apik. 

Saya pribadi menyukai akting Muhammad Khan sebagai Prasetyo, dan Elang El Gibran selaku Seno sang preman kampung. Mereka berbakat dan mencuri perhatian. Tanpa menafikan pemeran utama lain. 


Film ini layak diapresiasi oleh penonton Indonesia.