Dompet HP rajutan. Foto: pinterest.com |
Oleh: Gita FU
Sobat kopidarigita, apakah kalian menyukai seni kerajinan tangan (handycraft)? Saya sendiri suka, terutama karya seni rajutan. Di mata saya benang-benang nan tersimpul menjadi sweater, syal, topi, tas, bahkan sepatu itu unik. Bukan hanya motif, melainkan teksturnya yang spesial.
Sebagaimana hasil kerajinan tangan lainnya, karya rajutan pun memiliki harga tersendiri. Semakin rumit atau unik hasil jadinya maka akan kian mahal. Meskipun mahal di sini bersifat relatif ya, Sobat.
Mengenal Seni Merajut
Pengertian merajut sendiri menurut yang saya lansir dari laman rinso serta gramedia adalah:
- Teknik mengubah benang rajut menjadi kain, busana, popok, atau benda-benda bernilai pakai lainnya. Tak ada yang mengetahui secara persis tentang perkembangan sejarah merajut. Namun, ada beberapa penemuan yang dianggap berkaitan erat dengan sejarah merajut, yaitu sepasang kaos kaki berbahan katun dengan motif rajutan tangan dari tahun 1000 M di Mesir serta permadani rajut di kawasan Timur Tengah.
- Kegiatan kerajinan dengan mengaitkan benang (wol) dengan jarum khusus (hakpen) yang dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan. Sebagai contoh misalnya syal, sepatu, tas dan lain sebagainya. Selain itu, merajut adalah metode membuat kain, pakaian, aksesoris, atau benda-benda lainnya yang berguna untuk aktivitas sehari-hari dari benang rajut.
Nah, dahulu kegiatan merajut dianggap identik dengan kaum wanita. Karena orang-orang zaman dulu terutama wanita, hampir sebagian besar bisa merajut. Hal itu biasa mereka lakukan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Namun, pada awal masa perkembangannya banyak kaum pria lebih dominan menjadi perajut. Para pemuda yang ingin jadi perajut harus lulus tes dan melewati proses magang terlebih dahulu agar bisa meraih gelar master. Semua perajut bergelar master wajib memastikan bahwa kualitas bahan dan motif rajutannya benar-benar baik karena kesalahan kecil bisa membuat gelarnya dicopot.
Menarik, ya, Sobat?
Hakpen dan benang rajut. Foto: nataliacruzoficial.com |
Perkembangan Seni Merajut
Sobat tahu nggak? Dahulu pakaian hasil rajutan di Eropa hanya digunakan di kalangan bangsawan istana dan prajurit perang, loh! Misalkan saja jubah rajutan dari benang emas. Atau seragam tentara Jerman pada Perang Dunia II.
Di Indonesia seni merajut mulai berkembang pada masa penjajahan Belanda. Di era tersebut, para wanita Indonesia diajarkan cara merajut oleh noni Belanda.
Di masa kini seni merajut menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan. Apalagi ditambah kreativitas para perajut dapat menghasilkan produk-produk kreatif yang nyeni.
Banyak orang menjadikan kegiatan merajut sebagai sarana menghilangkan stress, serta sarana menghasilkan uang. Sebab hasil akhir dari kegiatan merajut bisa dijual, dan ada keuntungan yang lumayan menjanjikan.
Namun, perlu diketahui sebelumnya bahwa kerajinan rajut membutuhkan teknik dan kemampuan tersendiri bagi pengrajinnya. Selain itu membuat kerajinan rajut juga butuh ketekunan, keuletan, dan konsistensi.
Manfaat Merajut
Sobat perlu tahu, berdasarkan studi ada beberapa manfaat menguntungkan dari seni merajut ini bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Yaitu:
- Sebagai terapi untuk melatih kesabaran, meningkatkan konsentrasi, dan pengendalian diri.
- Sebagai kegiatan yang dapat membantu proses pemulihan penyakit kronis, kanker, trauma otak, serta penderita Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD adalah gangguan perilaku dengan gangguan konsentrasi, impulsi (cepat bertindak secara tiba-tiba), dan hiperaktif.
Wah, ternyata bukan kaleng-kaleng ya, seni merajut ini? Jadi hobi, oke. Buat cari cuan pun ayo. Sekarang saya ingin mengenalkan salah satu pelaku seni merajut di Cilacap, yang menjadikan merajut sebagai jalan hidup alias panggilan jiwa. Siapa dia?
Ida Kumalasari, Pengasuh Galeri Rajut
Sosok Ida Kumalasari. Foto: tangkap layar Pocil Channel/gfu |
Di Jalan Slamet RT 3/RW 3 No 344, Cilacap, berseberangan dengan Hotel Atrium Cilacap, terdapat rumah besar berpagar besi. Rumah tinggal sekaligus berfungsi sebagai Galeri Rajut tersebut adalah milik Bapak Jumadin.
Galeri Rajut kini dikelola oleh Ida Kumalasari setelah sempat mati suri. Siapa Ida? Ia boleh dikata adalah orang lama di dunia perajutan. Karena ia telah berkecimpung selama 9 tahun semasa tinggal di Bali.
Menurut penuturannya seperti yang saya lansir dari Pocil Channel, di Bali Ida memiliki usaha kerajinan rajutan, serta membuka pelatihan. Dan salah satu murid merajut online Ida adalah almarhumah istri pertama Bapak Jumadin.
Contoh hasil produksi Galeri Rajut. Foto: tangkap layar Pocil Channel/gfu |
"Saya di sini meneruskan usaha almarhumah istri pertama suami saya," tuturnya.
Di dalam galeri terdapat display hasil kerajinan rajut berupa aneka tas, dan sepatu. Selain itu mereka memiliki stok bahan baku dalam jumlah lumayan besar. Para perajutnya sendiri ternyata berasal dari keluarga inti Bapak Jumadin.
Ida mengungkapkan bahwa galerinya melayani pembelian produksi jadi, maupun sesuai pesanan konsumen. Pemasaran produknya sebagian besar melalui jalur online. Ia pun membuka pelatihan untuk para pemula yang tertarik belajar merajut.
Para perajut di Galeri Rajut. Foto : tangkap layar Pocil Channel/gfu |
"Saya ingin mengembangkan galeri ini sebagai wadah para perajin rajut atau macrame. Harapannya para crafter di Cilacap maju. Kita bangun Cilacap sebagai Art Center," tutupnya.
Bagaimana menurut kalian, Sobat? Semoga artikel ini bermanfaat ya untuk kalian. See ya next story!
#umkm
#cilacap_umkm
Daftar Rujukan :
1. https://www.rinso.com/id/kotor-itu-baik/teknik-dasar-merajut-untuk-pemula.html
2. https://www.gramedia.com/literasi/kerajinan-rajut/
3. https://youtu.be/U0Dz-YIwS_w?si=abzilkWGbTxfrqOB