Banner Warung Makan Barokah. Dokpri: GFU
Oleh: Gita FU
CILACAP, kopidarigita.com – Sobat, di jalan MT Haryono,
Cilacap, Jawa Tengah, tepatnya di seberang jalan Nuri Barat, ada sebuah warung
makan yang unik. Namanya Warung Sedekah Barokah. Siapa saja boleh makan dan
minum dengan model prasmanan tanpa dipungut bayaran, alias gratis.
Menurut Ibu Yetty
Asofie, salah satu pengelola warung makan ini, ada alasan filosofis di balik konsep Warung
Makan Barokah tersebut.
“Karena untuk sedekah tidak harus menunggu kaya,” tegas beliau pada saya, beberapa waktu lalu.
Hmm, benar juga, ya, Sobat? Tertarik ingin mengetahui lebih
lanjut tentang warung ini? Yuk, simak terus artikelku.
Berawal dari Pandemi
Sejarah Warung Makan Barokah ternyata fantastik, Sobat. Kalian ingat bukan, kondisi perekonomian kita di saat pandemi kopidnentin dulu? Banyak usaha gulung tikar, pengangguran makin banyak, ruang gerak dibatasi. Padahal urusan perut tak bisa di kesampingkan.
Hal tersebut
memantik keprihatinan Bu Yetty, Bu Evi,
Bu Liko, Bu Luki, Bu Emi, dan Bu Parsiah—enam sahabat.
“Kami melihat dampak pandemi ini pada banyak orang kalangan
bawah. Kalau pegawai-pegawai itu disuruh ‘work from home’ ya bisa. Mereka tetep
dapat gaji, masih bisa belanja. Tapi bagaimana dengan mereka yang harus keluar
rumah tiap hari buat cari makan? Apalagi ada anjuran di rumah saja. Ojek-ojek online itu. Pemasukan mereka
berkurang banyak. Pemulung-pemulung juga, waktu itu ya mau mulung apa?”
terawang Bu Yetty.
Dari situ terbetik ide untuk menyediakan makan secara gratis bagi
orang-orang, yang tidak terbatas di hari Jumat saja. Sebab makan adalah
kebutuhan setiap hari.
“Saat diucapkan rasanya mustahil. Uangnya dari mana? Tapi
lalu saya nyeletuk, dananya dari Allah saja. Dari situ kami mulai survei.
Ketemu sebuah warung di Sidareja yang hampir mirip. Tapi konsepnya makan
sepuasnya bayar seikhlasnya. Kami nggak ingin seperti itu. Bukankah ada hadis
nabi yang menyuruh kita berhenti makan sebelum kenyang? Kalau sepuasnya kan
berarti sampai mlukek (muntah),” imbuhnya.
Sebuah keluarga makan di WM Barokah. Dokpri: GFU |
Kemudian diputuskanlah konsep usaha mereka adalah: makan secukupnya
tapi harus dihabiskan, tidak usah bayar. Dengan konsep ini mereka berharap
orang-orang yang makan punya rasa tanggung jawab terhadap makanan.
Bu Yetty menuturkan, tempat yang pertama kali mereka pilih
berlokasi di Jalan S. Parman, depan Laboratorium
Prodia, Cilacap. Tepat di tanggal 4 Desember 2020 Warung Makan Barokah dibuka untuk umum.
“Kami sewa tempat
patungan. Dan kenapa kami pilih di S. Parman meskipun mahal? Karena itu
jalan utama. Kami mau warung ini dapat
nama dulu. Sopir-sopir angkot yang lewat bisa lihat. Tukang ojek bisa lihat dan
mampir. Lalu mereka bisa ajak teman-teman mereka untuk makan. Sesuai harapan, warung kami saat itu dikenal
bahkan hingga ke luar kota,” urai Bu Yetty.
Selain untuk sewa tempat, Bu Yetty juga membeberkan bahwa di
tiga bulan pertama mereka masih patungan
untuk belanja bahan baku makanan. Sebab mulai bulan keempat pengunjung warung
sudah semakin banyak, berbanding lurus dengan jumlah orang yang menitipkan
sedekahnya.
Kontrak tempat di Jalan S. Parman berakhir pada Desember
2021. Kemudian para pengurus memutuskan pindah, dan menyewa tempat di Jalan MT Haryono awal tahun 2022 hingga
sekarang.
baca juga: Lotek Bu Lastri, Simbol Keuletan Mengubah Nasib
Warung Makan Barokah Kini dan Nanti
Tak terasa usia Warung Makan Barokah telah memasuki tahun keempat. Sesuai tujuan
semula, warung ini didirikan untuk melayani kebutuhan makan di tempat bagi
masyarakat umum, tanpa dipungut biaya. Namun masyarakat bisa ikut
berpartisipasi dalam bentuk donasi, baik uang tunai maupun sembako. Pengelola nantinya akan mengolah donasi tadi menjadi bentuk masakan siap santap bagi
pengunjung warung, serta biaya operasional lain (misal upah tukang masak, bayar
tagihan listrik dan air).
Setiap hari Senin-Sabtu, warung buka sejak pukul 8 pagi-2
siang. Terkecuali di hari Minggu dan hari libur nasional. Nyaris setiap hari
pengelola memasak 10 kg beras, dengan variasi menu sayur-mayur, dan lauk pauk yang lezat bergizi.
Bu Yetty punya harapan besar terkait masa depan usaha
filantropi ini.
“Ya mudah-mudahan ke
depannya Allah ijabah doa sehingga kami bisa punya tempat sendiri. Atau mungkin
Allah datangkan sedekah entah dari siapa yang mau menyediakan tempat secara
cuma-cuma buat kami. Kita tidak pernah tahu, kan?”
Dia pun berharap orang-orang mengubah ‘mindset’. Selama ini mungkin orang berpendapat sedekah
harus menunggu kaya. Kapan kayanya baru mau sedekah? Padahal sedekah tidak harus dengan duit. Sedekah bisa
dengan apa saja yang kita miliki. Berapa pun kemampuan kita asal niatnya
ikhlas, sedekah itu nanti bisa jadi amal jariyah kita.
Sobat tertarik berkunjung untuk mencicipi masakan di sini,
atau turut bersedekah? Datang saja, ya. Semoga menginspirasi. See you next
article.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar