Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label Ragam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ragam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Mei 2024

Pudya, Si Juara Olimpiade Sains yang Senang Menyanyi Pop


Pudya peraih medali emas NMMO
Pudya Sang Juara Olimpiade Sains Tk. Nasional. Foto: Thomas Sutasman

Oleh: Gita FU 

Cilacap, kopidarigita.com—Kabar gembira datang dari Ignasius Loyola Anthonio Pudya, atau akrab disapa Pudya. Remaja yang merupakan  siswa SMP Pius Cilacap kelas IX ini, berhasil menyabet medali emas pada Olimpiade Sains tingkat Nasional. Ada dua olimpiade yang ia ikuti, pertama  Nusantara Brilliant Minds Olympiad (NMMO) bidang Bahasa Indonesia, dan kedua adalah National Best Student Competition (NBSC) bidang PKn.

Tentu saja prestasinya ini  membawa harum nama sekolah dan Kabupaten Cilacap, ya, Sobat.

Saya berkesempatan menyambangi rumah orang tua Pudya, untuk berbincang-bincang dengan remaja ini terkait prestasinya, pada Kamis (9/5/2024) sore. Kebetulan Pudya dan kedua orang tuanya belum lama pulang dari gereja setempat untuk beribadah. Dengan raut sedikit tersipu, Pudya menyatakan rasa senang atas keberhasilannya.

Hal yang menarik adalah, ternyata keinginan mengikuti Olimpiade Sains tingkat Nasional tersebut  murni keinginan Pudya sendiri, loh!  

"Pas lagi scrol di IG lihat pengumuman kompetisi ini. Ya udah, saya langsung memutuskan daftar," tuturnya lugas.

Olimpiade NMMO dan NBSC berlangsung secara online di bulan Januari dan April 2024. Selama kompetisi berlangsung Pudya mempersiapkan diri dengan cara banyak membaca buku kumpulan soal SMP.

"Soal-soalnya ‘kan materi dari kelas VII sampai IX, ada bukunya. Tinggal saya baca saja," akunya.

Ketika ditanya apa motivasinya mengikuti olimpiade, Pudya menjelaskan sebagai salah satu sarana persiapan ujian sekolah.

“Sebentar lagi saya ujian kelulusan, maka saya harus banyak berlatih soal-soal. Salah satunya  dengan mengikuti olimpiade,” katanya.  

Adapun pengumuman kemenangan dilakukan oleh panitia penyelenggara melalui grup WA khusus peserta, serta akun media sosial panitia. Jumlah  pesertanya sendiri mencapai  ribuan dari seluruh Indonesia.

Baca juga: Xin-xin dari SMP Pius Cilacap, Peraih Juara 2 "Chinese Bridge" 2024 se-Jateng

Tips Belajar Ala Pudya

 

Lukisan Pudya saat kelas 4 SD di antara foto keluarga. Fotp: Dok.pri/GFU

Di ruang tamu keluarga Pudya ini saya melihat jajaran buku tebal yang ditata secara estetik di rak kayu. Kebanyakan merupakan koleksi Thomas Sutasman, ayah Pudya. Di dinding tergantung sejumlah foto keluarga, dan (ini yang menarik perhatian) lukisan di atas kanvas dengan media crayon.
 
Dua lukisan tersebut sama-sama karya Pudya yang dibuat saat ia kelas 4 dan 5 SD. Lukisan yang dibuat sewaktu ia kelas 4 bahkan merupakan juara pertama tingkat Kabupaten Cilacap.

lukisan Batik Carnival Cilacap
Lukisan karya Pudya saat kelas 5 SD. Foto: dok.pri/GFU

Pudya ternyata berbakat seni, Sobat!

Fakta menarik lainnya adalah, remaja ini senang menyanyi lagu pop. Bakatnya di bidang tarik suara sudah dibuktikan pula lewat deretan piala  Lomba Menyanyi di sejumlah event.  Benar-benar remaja berprestasi. Salut saya untukmu, Pudya.

Nah, tentunya menarik, dong, mengulik kebiasaan dan tips belajar ala Pudya. Berikut ini saya rangkumkan:

  1.  Jam belajar Pudya dibagi dua sesi, pagi dan malam. Pagi dimulai sejak sekira pukul 03.30-04.30. Lalu jam 5 ia terbiasa mandi, kemudian berangkat ke sekolah jam 6 bersama sang ayah. Sedangkan jam belajar malam kurang lebih dimulai pukul 7 hingga 10.
  2.  Pudya jarang bermain ponsel, selain untuk keperluan mendengarkan musik. Sebab ia terbiasa belajar dengan iringan musik.
  3.  Remaja ini benar-benar memanfaatkan waktu seefektif mungkin. Itu sebabnya Pudya jarang nongkrong di luar kegiatan sekolah. Selebihnya ia adalah anak rumahan.

 Dukungan Penuh dari Orang Tua

 

piala Pudya
Deretan Piala Miik Pudya. Foto: dok.pri/GFU

Kedua orang tua Pudya adalah guru. Sehingga tak heran mereka menaruh perhatian khusus terhadap masalah pendidikan. Thomas Sutasman sendiri adalah Kepala SMP Pius Cilacap, tempat Pudya menimba ilmu. Tak afdol jika tidak meminta komentar beliau.

"Sebagai Kepala Sekolah saya merasa senang karena ada siswanya yang berprestasi. Semoga dengan prestasi itu mampu mengangkat  semangat dan memberi spirit bagi adik-adik kelasnya," tegas Thomas.

"Sebagai orang tua saya merasa senang dan bangga atas prestasi yang diraih anak saya," imbuhnya.

Thomas juga membeberkan bahwa selama ini  sekolah yang ia pimpin amat suportif terhadap prestasi para siswa, apapun bidang yang dicapai oleh mereka. Sebab caranya memandang prestasi seorang siswa tidak terbatas hanya pada masalah peringkat, namun lebih luas lagi.

“Misalkan ada siswa yang mampu berkelakuan baik, atau berhasil mengikuti lomba cerpen, itu tetap kami hargai sebagai prestasi. Ada karya yang melalui proses panjang, itu pantas untuk dihargai,” terangnya lebih lanjut.

Untuk itu di setiap momen Hardiknas, atau Hari Guru, SMP Pius Cilacap selalu memberikan piagam penghargaan pada para siswa berprestasi. Selain itu, prestasi-prestasi siswa tersebut akan diperhitungkan sebagai tambahan poin pada Asesmen Sumatif Akhir Jenjang (ASAJ).

Tak lupa Thomas berpesan kepada siswa-siswi SMP Pius Cilacap agar tidak berkecil hati. 

"Banyak peluang meraih prestasi, tidak hanya di bidang eksak saja. Masih banyak bidang lainnya, " himbaunya. 

Demikianlah, Sobat, semoga menginspirasi, ya. Saya akan tutup artikel ini dengan pesan dari Pudya:

“Tetap semangat mencapai mimpi. Karena setiap kita pasti punya mimpi.”



Senin, 08 April 2024

PWMOI Cilacap Jalin Keakraban dengan Ketua DPRD Cilacap di Sidareja

 

Taufik Nur Hidayat (berbaju putih di tengah) di antara rekan-rekan PWMOI Kabupaten Cilacap. (Dok. PWMOI Cilacap) 

Oleh: Gita FU

Cilacap, kopidarigita.com--Hari Minggu (7/4/2024) sore saya memperoleh kesempatan emas untuk mengunjungi Sidareja, salah satu kecamatan di wilayah Cilacap bagian barat. Kesempatan tersebut hadir berkat adanya  undangan buka bersama sekaligus silaturahmi dari PWMOI (Perkumpulan Wartawan Media Online) Kabupaten Cilacap. Bukan sembarang bukber, karena PWMOI telah mengundang   Taufik Nur Hidayat, Ketua DPRD Cilacap, untuk beramah tamah bersama-sama usai buka puasa. 

Saya pergi berombongan bersama empat rekan lain  yakni Anton Irawan, Purwanto, Sartono, dan Jasmirah. Kami menumpang mobil Bang Anton, sapaan untuk Anton Irawan. Berangkat pukul 16 dengan estimasi durasi  satu jam perjalanan. Tentu pas menjelang waktu berbuka. 

Belakangan estimasi kami meleset. Arus mudik menyebabkan kemacetan lumayan panjang di sejumlah titik. Alhasil kami sampai di lokasi restoran pada pukul 18 kurang sedikit,  bertepatan azan magrib. 


Salah satu lanskap menuju Sidareja. (Dok. Gita FU) 


Namun bagi saya pribadi, panjangnya perjalanan yang kami tempuh seolah tak terasa. Karena saya amat menikmati pemandangan di sepanjang jalan, serta mengobrol random dengan kawan-kawan yang jarang saya temui. 

Sesampainya di RM.  Oisea Food di Jalan Jend. A. Yani, Sidareja, kami disambut rekan-rekan lain yang telah sampai terlebih dahulu. Terutama oleh Ketua PWMOI Kabupaten Cilacap Sugeng Suswanto, yang akrab disapa Bang Gondrong, serta sejumlah pengurus lainnya antara lain Nanang Supriatna, atau akrab disapa Bah Gatan. 


Saya, Bu Jas, serta Bu Pipit anggota PWMOI asal Majenang. (dok. Gita FU). 


Setelah saling menyapa, saya dan Bu Jas (sapaan saya untuk Jasmirah) segera berbuka dengan menu yang telah disediakan oleh pihak rumah makan. Selanjutnya kami tunaikan sholat magrib di lokasi yang sama. 


Ramah Tamah Mencairkan Prasangka


Suasana ramah tamah antara Taufik Nur Hidayat dan PWMOI Kab. Cilacap (dok. Gita FU). 

Taufik Nur Hidayat sang Ketua DPRD Kabupaten Cilacap baru bisa hadir usai waktu isya. Hal tersebut kami maklumi sebagai konsekuensi kesibukan beliau. Meskipun demikian, nyatanya Taufik tetap menepati janji untuk hadir di tengah-tengah puluhan jurnalis PWMOI Kabupaten Cilacap. 

Ketua Dewan menyampaikan sebagai bagian dari warga Kabupaten Cilacap, aspirasi insan pers merupakan hal penting, demi berjalannya roda pemerintahan yang dinamis di Kabupaten Cilacap.

"Artinya ini satu momen, kalau saat ini kami ada satu kebersamaan yang lebih luas, di mana keinginan DPRD sama, ingin memajukan Kabupaten Cilacap, teman-teman media juga jelas hakikatnya adalah bagaimana untuk mendorong pelayanan terbaik bagi masyarakat sebagai lembaga kontrol sosial," tuturnya.

Taufik berharap melalui acara silaturahmi ini, tidak ada lagi jarak antara DPRD dengan insan pers di Kabupaten Cilacap. Sehingga masukan, saran dan kritikan mampu tersampaikan dengan baik.

"Kami (DPRD) tidak alergi terhadap suatu kritikan, apalagi itu kritikan yang membangun. Di sinilah kapasitas insan pers dimungkinkan untuk masuk memberikan satu masukan, dengan tujuan memajukan Kabupaten Cilacap melalui karyanya," katanya lagi.

Dengan demikian Taufik menegaskan bahwasannya prasangka buruk itu harus dihilangkan, dengan kemauan dan itikad baik kedua belah pihak. Para jurnalis yang hadir menyetujui pernyataan ini. 

Waktu yang terus merambat menuju puncak malam tak menghalangi antusiasme rekan-rekan PWMOI Kabupaten Cilacap, untuk berdiskusi santai dengan Ketua DPRD tersebut. Hal inilah yang memang diharapkan dapat tercipta, sesuai tujuan awal kegiatan.

Usai acara, saya dan rekan-rekan kembali ke Cilacap kota menjelang tengah malam. Kami membawa kesan dan harapan untuk Cilacap menjadi lebih baik ke depannya. Semoga. 

Terima kasih PWMOI Kabupaten Cilacap, atas undangannya yang penuh rasa kekeluargaan ini. 


#PWMOICilacap




Senin, 22 Januari 2024

Tjilatjap History, Upaya Menghargai Sejarah Cilacap


Oleh: Gita FU


"Jika ingin menghancurkan suatu bangsa, maka hilangkan saja ingatan tentang sejarah bangsa tersebut."


Ungkapan ini tentu bukanlah omong kosong belaka. Sudah banyak terbukti di muka bKumi antara lain melalui perang, penjajahan, hingga genosida.


Berbekal kekhawatiran  akan hilangnya ingatan generasi muda Cilacap akan sejarahnya sendiri, membuat Riyadh Ginanjar memutuskan terjun langsung dalam upaya mengedukasi masyarakat melalui komunitas Tjilatjap History.


Apa itu Tjilatjap History? Saya sudah merangkum jawabannya melalui Q n A berikut. Mari baca artikel ini sampai selesai, ya, Sobat. 


Fakta-fakta tentang Tjilatjap History


Bisa ceritakan awal mula berdirinya komunitas Tjilatjap History? 


Awalnya saya bergabung dengan komunitas Banjoemas History Heritage Community yang diketuai Mas Jatmiko, sekitar 2011-2012. Tapi terus saya mikir, Cilacap juga belum ada yang mikirin sejarahnya. 


Lalu tahun 2014 saya putuskan mendirikan komunitas, awalnya sendirian saja. Kemudian di tahun 2018 saya mulai dapat teman di Cilacap. Lalu tanggal 17 Agustus 2021 barulah kami mulai pergerakan untuk edukasi ke masyarakat. 


Ketika di tahun-tahun awal berdirinya komunitas, apa yang Mas Riyadh lakukan? 


Di masa itu saya konsen mengumpulkan arsip-arsip sejarah. 


Bagaimana cara komunitas mendapatkan dan mengumpulkan arsip? 


Kebanyakan kami dapat dari loakan, Mbak. Dari bakul rongsok di Cilacap, atau saling tukar arsip dengan sesama penggiat sejarah. 


Sumber: IG @tjilatjaphistory 


Menarik. Bagaimana caranya dan mengapa komunitas menjalin kerjasama dengan penjual rongsok/barang bekas? 


Jadi di antara rongsokan itu banyak harta karun, Mbak, yang dibuang orang karena tidak tahu nilainya. Sebelumnya kami sudah woro-woro ke penjual rongsok, supaya segera menghubungi kami apabila menemukan arsip maupun foto-foto kuno. 


Ya, tentu saja mereka senang. Karena harga per barang bekas itu tentu lebih mahal bila dijual ke kami, dibandingkan jika mereka jual kiloan. 


Dari mana dana yang dipakai untuk belanja arsip kuno itu, Mas? 


Sebagian besar dari dana pribadi, Mbak. Karena memang sengaja saya alokasikan anggaran khusus. Kalau untuk pergerakan/edukasi, kami ada kas sosial. 


Apakah komunitas pernah melakukan transaksi penjualan arsip sejarah? 


Pernah, mbak. Tapi hanya untuk arsip atau dokumen yang tidak berkaitan dengan sejarah Cilacap. Nanti dananya digunakan untuk mencari arsip sejarah Cilacap lainnya. Ya, subsidi silang istilahnya. 


Sebenarnya benda bersejarah apa saja yang menjadi fokus dari komunitas ini? 


Sebagian besar berupa arsip, surat, foto, atau bisa juga artefak kuno yang ditemukan di wilayah Cilacap. 


Sumber: IG @tjilatjaphistory


Apa contoh artefaknya, Mas? 


Waktu itu pernah sejenis pedang atau tombak kuno, ditemukan di lokasi proyek penggalian jalan. Ada juga prasasti di Kesugihan. Lalu baru-baru ini batu bata kuno yang ditemukan di area pemakaman Karang Suci. Mungkin itu bekas tembok pelabuhan lama (mengingat letak pemakaman bersisian dengan Bengawan Donan, red).


Sepanjang perjalanan komunitas, adakah perhatian dari Pemda Cilacap? 


Ya, sebenarnya kurang. Sejauh ini kami baru pernah menjalin kerjasama dengan Dinas P dan K untuk pameran arsip, serta Dinas Pariwisata untuk program Jelajah. 


Padahal aset sejarah itu bukan cuma urusan satu dinas saja, melainkan saling terkait. Contoh Benteng Pendem. Lahannya milik TNI, pengelolaannya jadi bagian Dinas Pariwisata, edukasinya ke Dinas P dan K. Begitu, Mbak.



Apa saja program Tjilatjap History? 


Sejauh ini ada 4 program yang dijalankan berkala. Yakni jelajah sejarah, pameran arsip, bersih-bersih makam, dan kunjungan ke saksi sejarah. 


Ada berapa orang anggota komunitas yang aktif sampai sekarang?


Sekitar 30 orang. 


Apakah feedback yang Mas Riyadh rasakan sejauh ini? 


Kepuasan batin, Mbak. Misal saat ada pameran arsip, melihat reaksi anak-anak melihat pameran sejarah Cilacap. Mereka biasanya tercengang dan kagum. 


Apa harapan Mas Riyadh melalui kegiatan komunitas Tjilatjap History? 


Agar masyarakat Cilacap lebih bangga dengan sejarahnya sendiri, ketimbang silau dengan sejarah daerah lain. 




Nah, itulah sekelumit Q n A tentang komunitas ini. Oh, iya, Sobat, Tjilatjap History  aktif di Instagram. Kalian bisa mantengin informasi-informasi menarik, dan pastinya menambah wawasan sejarah di sana. Nama akunnya @tjilatjap_history.


Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sobat semua. Terima kasih. 





Sumber: IG @tjilatjaphistory

Senin, 25 Desember 2023

Ketika Merajut Menjadi Panggilan Jiwa

 

Dompet HP rajutan. Foto: pinterest.com


Oleh: Gita FU

Sobat kopidarigita, apakah kalian menyukai seni kerajinan tangan (handycraft)? Saya sendiri suka, terutama karya seni rajutan. Di mata saya benang-benang nan tersimpul menjadi sweater, syal, topi, tas, bahkan sepatu itu unik. Bukan hanya motif, melainkan teksturnya yang spesial. 

Sebagaimana hasil kerajinan tangan lainnya, karya rajutan pun memiliki harga tersendiri. Semakin rumit atau unik hasil jadinya maka akan kian mahal. Meskipun mahal di sini bersifat relatif ya, Sobat.

Mengenal Seni Merajut

Pengertian merajut sendiri menurut yang saya lansir dari laman rinso  serta gramedia adalah:

  1. Teknik mengubah benang rajut menjadi kain, busana, popok, atau benda-benda bernilai pakai lainnya. Tak ada yang mengetahui secara persis tentang perkembangan sejarah merajut. Namun, ada beberapa penemuan yang dianggap berkaitan erat dengan sejarah merajut, yaitu sepasang kaos kaki berbahan katun dengan motif rajutan tangan dari tahun 1000 M di Mesir serta permadani rajut di kawasan Timur Tengah.
  2.  Kegiatan kerajinan dengan mengaitkan benang (wol) dengan jarum khusus (hakpen) yang dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan. Sebagai contoh misalnya syal, sepatu, tas dan lain sebagainya. Selain itu, merajut adalah metode membuat kain, pakaian, aksesoris, atau benda-benda lainnya yang berguna untuk aktivitas sehari-hari dari benang rajut.

Nah,  dahulu kegiatan merajut dianggap identik dengan kaum wanita. Karena orang-orang zaman dulu terutama wanita, hampir sebagian besar bisa merajut. Hal itu biasa mereka lakukan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat

Namun, pada awal masa perkembangannya banyak kaum pria lebih dominan menjadi perajut. Para pemuda yang ingin jadi perajut harus lulus tes dan melewati proses magang terlebih dahulu agar bisa meraih gelar master. Semua perajut bergelar master wajib memastikan bahwa kualitas bahan dan motif rajutannya benar-benar baik karena kesalahan kecil bisa membuat gelarnya dicopot.

Menarik, ya, Sobat? 

Hakpen dan benang rajut. Foto: nataliacruzoficial.com


Perkembangan Seni Merajut

Sobat tahu nggak? Dahulu pakaian hasil rajutan di Eropa hanya digunakan di kalangan bangsawan istana dan prajurit perang, loh! Misalkan saja jubah rajutan dari benang emas. Atau  seragam tentara Jerman pada Perang Dunia II. 

Di Indonesia seni merajut mulai berkembang pada masa penjajahan Belanda. Di era tersebut, para wanita Indonesia diajarkan cara merajut oleh noni Belanda.

Di masa kini seni merajut  menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan.  Apalagi  ditambah kreativitas para perajut dapat menghasilkan produk-produk kreatif yang nyeni. 

Banyak orang menjadikan kegiatan merajut sebagai sarana menghilangkan stress, serta sarana  menghasilkan uang. Sebab hasil akhir dari kegiatan merajut bisa dijual, dan ada keuntungan yang lumayan menjanjikan.

Namun, perlu diketahui sebelumnya bahwa kerajinan rajut membutuhkan teknik dan kemampuan tersendiri bagi pengrajinnya. Selain itu membuat kerajinan rajut juga butuh ketekunan, keuletan, dan konsistensi. 

Manfaat Merajut

Sobat perlu tahu, berdasarkan studi ada beberapa manfaat  menguntungkan dari seni merajut ini bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Yaitu:

  1.  Sebagai terapi untuk melatih kesabaran, meningkatkan konsentrasi, dan pengendalian diri.
  2. Sebagai kegiatan yang dapat membantu proses pemulihan penyakit kronis, kanker, trauma otak, serta  penderita Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD).  ADHD adalah  gangguan perilaku dengan gangguan konsentrasi, impulsi (cepat bertindak secara tiba-tiba), dan hiperaktif.

Wah, ternyata bukan kaleng-kaleng ya, seni merajut ini? Jadi hobi, oke. Buat cari cuan pun ayo. Sekarang saya ingin mengenalkan salah satu pelaku seni merajut di Cilacap, yang menjadikan merajut sebagai jalan hidup alias panggilan jiwa. Siapa dia? 


Ida Kumalasari, Pengasuh Galeri Rajut

Ida Kumalasari
Sosok Ida Kumalasari. Foto: tangkap layar Pocil Channel/gfu


Di Jalan Slamet RT 3/RW 3 No 344, Cilacap, berseberangan dengan Hotel Atrium Cilacap, terdapat rumah besar berpagar besi. Rumah tinggal sekaligus berfungsi sebagai Galeri Rajut  tersebut adalah milik Bapak Jumadin. 

Galeri Rajut kini dikelola oleh Ida Kumalasari setelah sempat mati suri. Siapa Ida? Ia boleh dikata adalah orang lama di dunia perajutan. Karena ia telah berkecimpung selama 9 tahun semasa tinggal di Bali. 

Menurut penuturannya seperti yang saya lansir dari Pocil Channel, di Bali Ida memiliki usaha kerajinan rajutan, serta membuka pelatihan. Dan  salah satu murid merajut online Ida adalah almarhumah istri pertama Bapak Jumadin. 


Contoh hasil produksi Galeri Rajut. Foto: tangkap layar Pocil Channel/gfu


"Saya di sini meneruskan usaha almarhumah istri pertama suami saya," tuturnya.

Di dalam galeri terdapat display hasil kerajinan rajut berupa aneka tas, dan sepatu. Selain itu mereka memiliki stok bahan baku dalam jumlah lumayan besar. Para perajutnya sendiri ternyata berasal dari keluarga inti Bapak Jumadin.

Ida mengungkapkan bahwa galerinya melayani pembelian produksi jadi, maupun sesuai  pesanan konsumen. Pemasaran produknya sebagian besar melalui jalur online. Ia pun membuka pelatihan untuk para pemula yang tertarik belajar merajut.  


Para perajut di Galeri Rajut. Foto : tangkap layar Pocil Channel/gfu


"Saya ingin mengembangkan galeri ini sebagai wadah para perajin rajut atau macrame. Harapannya para crafter di Cilacap maju. Kita bangun Cilacap sebagai Art Center," tutupnya.


Bagaimana menurut kalian, Sobat? Semoga artikel ini bermanfaat ya untuk kalian. See ya next story! 


#umkm

#cilacap_umkm



Daftar Rujukan :

1. https://www.rinso.com/id/kotor-itu-baik/teknik-dasar-merajut-untuk-pemula.html

2. https://www.gramedia.com/literasi/kerajinan-rajut/

3. https://youtu.be/U0Dz-YIwS_w?si=abzilkWGbTxfrqOB


Kamis, 23 November 2023

Melongok Kejayaan Cilacap Tempo Doeloe Melalui Film 'Pantjak'

 

Poster Film Pantjak
Poster Film Pantjak di Dakota Cinema Cilacap. Foto: GFU


Oleh: Gita FU


Halo Sobat kopidarigita! Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat, dan bahagia, ya.

Hari Rabu, 22 November 2023 sore, saya dan beberapa teman Forum Literasi Cilacap  menghadiri undangan Nobar Film 'Pantjak', di Dakota Cinema  Cilacap. 'Pantjak' sendiri merupakan akronim Panca Tjakrawedana. Film ini dibesut oleh Cilacap Kreatif, sebuah komunitas yang diketuai oleh Romi Jabrand dan mewadahi komunitas-komunitas anak muda kreatif di Cilacap.

Saya datang pukul 15.30 WIB, disambut oleh panitia yang mengarahkan ke meja registrasi. Usai membubuhkan tanda tangan di lembar kehadiran, saya diberi secarik stick-it note dan sebatang spidol. Kata Mbak Nurul, salah satu panitia, itu untuk  menuliskan harapan saya terhadap kota Cilacap. Saya pun ditunjuki papan tempat menempelkan kertas, di dekat pintu masuk Studio 2.

Sambil menunggu teman saya Bu Yetti As Sofie, saya duduk melipir di salah satu kursi besi di ruang tunggu. Ada poster promo sebesar dinding dari film Perjamuan Iblis. Waktu beranjak menuju pukul 16, semakin banyak tamu undangan Nobar berdatangan. Salah satunya saya kenali, dia Mas Riyadh Ginanjar, Ketua Komunitas Tjilajap History. Kami lalu mengobrol sejenak, hingga Bu Yetti datang.

Tak lama berselang para tamu dipersilakan memasuki Studio 2. Waktunya menonton Film Pantjak...

'Pantjak': Nostalgia Kejayaan Masa Lalu

Foto bareng tim dan penonton
Tim Produksi Film bersama para penonton. Foto: GFU


Film  dokumenter ini disutradarai  oleh Dismas Panglipur. Penulis naskah dan astrada dijabat oleh Olyvia Jasso. Sementara Romi Angger Hidayat a.k.a Romi Jabrand, bertindak sebagai produser. Sejumlah tokoh menjadi lakon yang bercerita dalam film yang dibagi menjadi   5 (lima) bab: Veteran, Unit Berjaya, Keluarga, Tjilatjap Kreatif, dan Panca Tjakrawedana.

Fokus film ada pada sebuah gedung megah di Jalan Pemintalan - Jalan Kendil Wesi, Cilacap, yakni Pabrik Pemintalan Tjilatjap. Pabrik ini beroperasi mulai tahun 1956, sebagai pabrik besar  pertama di Cilacap setelah penyerangan Jepang tahun 1942.

Timeline Pantjak
Timeline dalam film Pantjak. Foto : GFU



NV. Pemintalan Kapas Cilacap tercatat sebagai pihak penggagas pendirian pabrik ini. Selanjutnya Pabrik Pemintalan Tjilatjap berkembang pesat, bahkan menjadi salah satu pabrik textil terbesar di Asia Tenggara. Kesejahteraan para karyawan amat terjamin kala itu. Sampai pada masa orba namanya berubah menjadi PT. Industri Sandang Nusantara II (Unit Patal Cilacap).

Masa-masa keemasan Patal Cilacap tersebut bisa kita ikuti lewat penuturan tiga orang veteran atau mantan karyawan. Diselingi foto-foto, serta video kompleks gedung megah itu. Saya cukup terpukau dibuatnya. Bayangkan, sebuah kompleks pabrik yang dilengkapi perumahan, lapangan olahraga, klinik kesehatan, aula luas, dan  kendaraan antar jemput karyawan. Selain itu interior dan eksterior gedung pun kokoh, apik, khas bangunan peninggalan Belanda. 

Foto Patal Cilacap
Dokumentasi Pabrik Pemintalan Cilacap. Foto: flyer timpro/GFU



Intinya, pabrik ini pada masanya telah membuat Cilacap terkenal hingga ke luar negeri. Wow, banget, kan?


Sayangnya, seperti semua kisah masa lalu, kejayaan itu seolah terlupakan oleh generasi masa kini. Anak muda Cilacap seolah tak punya ingatan bahwa mereka punya hal yang pantas dibanggakan. Bahkan kebanyakan anak muda sekarang sibuk mencari panutan dari luar daerah Cilacap. Kreativitas menjadi tumpul di dalam.

Upaya Menghidupkan Semangat Kreatif


Konon, manusia kreatif itu mampu memikirkan solusi bagi masalah yang menimpanya, aktif berdaya upaya, tidak pasif maupun pasrah begitu saja menerima keadaan. Mereka ini diharapkan bisa menjadi suar bagi sekitar, dengan menciptakan ekosistem kreatif.

Kegiatan Coding for kids di Peken Banyumasan Tjilatjap. Foto: IG cilacap.kreatif



Menurut Romi Jabran dalam bincang-bincang usai pemutaran film, itulah tujuan Pantjak. "Sebagai penghubung ekosistem kreatif di Cilacap," tuturnya.

Pria muda berambut gondrong ini  melihat Gedung Patal sebagai wajah Cilacap di dunia. "Saat itu terkenal hingga Asia Tenggara. Jadi (film) ini sbg pemantiknya."

Sementara Riyadh Ginanjar  dari Tjilatjap History menyebut alasannya memilih Pabrik Pemintalan adalah karena sejarah panjang dari  masa  jaya hingga bangkrut. 

"Masyarakat harus tahu. Waktu itu terbesar di Asia Tenggara. Kita berharap gedung pemintalan menjadi gedung sejarah Cilacap," ucapnya.

Apalagi, menurut Riyadh, dahulu Presiden Sukarno merestui pembangunan Pabrik Pemintalan Tjilatjap dengan semangat tak mau kalah dari Italia sebagai negara maju kala itu.


Kolaborasi Lintas Komunitas 


Dismas Panglipur selaku sutradara punya pendapat berbeda mengenai Pabrik  Pemintalan Tjilatjap. Demi mengetahui sejarahnya yang panjang membuat anak muda ini ingin menuangkan ke dalam bentuk visual.

"Saya berharap ruangan Patal bisa diaktivasi untuk kegiatan publik," ujarnya.

Senada dengan Dismas, Olyvia sang penulis naskah merasa terpukau dengan sejarah Pemintalan. Sehingga dia ingin menceritakan sejarah tersebut dari pelakunya sendiri.

Salah satu pegiat komunitas yang aktif berkolaborasi dalam kegiatan Cilacap Kreatif  yakni Nurul Mae, dari Komunitas Belajar Semesta Alam, mengatakan alasannya bergabung.

"Komunitas saya menyoroti kearifan lokal. Sehingga saya masuk sebagai talent dan mengadakan kegiatan komunitas di Patal," sebutnya.

Kolaborasi komunitas. Dok : IG cilacap.kreatif


Dampak dari kegiatan tersebut  menurut Nurul ada dua yaitu internal dan eksternal. "Secara internal, karena di Peken Banyumasan Tjilatjap adalah kolab lintas komunitas  maka saya merasa lebih rendah hati, belajar menghargai orang lain, dan berempati. Eksternalnya, peserta Dolan Bareng merasa amat antusias mengikuti (Dolan Bareng) di Patal," simpulnya.


Usai bincang-bincang, panitia mengajak penonton yang nyaris memenuhi Studio 2, untuk berfoto dan ber-flash mob bersama. Kabar selanjutnya dari Romi Jabrand, film Pantjak bulan depan akan diputar di Rajawali Cinema Purwokerto, serta diikutkan festival film.

"Dan kegiatan rutin Peken Tjilatjapan mulai bulan depan di  Pabrik Pemintalan Cilacap," pungkas Romi.


Begitulah oleh-oleh dari Nobar Film Pantjak, Sob. Bagaimana pendapat kalian? Kalo menurut saya, ekosistem kreatif perlu kerjasama dan komitmen lintas sektor. Tidak hanya dari pelaku, tapi juga pemangku kepentingan, stakeholders terkait, dan masyarakat luas. Oh iya, kalian bisa mencari tahu lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan tersebut di atas melalui akun IG: @cilacap.kreatif  @pekentjilatjapan @tjilatjaphistory 





Minggu, 19 November 2023

Staycation Nyaman di Hotel Dafam Cilacap

 
Lobi Hotel Dafam Cilacap
Lobi Hotel Dafam Cilacap. Foto: GFU


Oleh: Gita FU


Halo, Sobat kopidarigita! Apa kabar? Semoga kalian selalu dalam kondisi terbaik, dan bahagia, ya. 

Awal bulan September lalu tulisanku meraih juara kedua pada Lomba Artikel Blog Dafam Cilacap & @Cilacap_Kekinian. Sebagai reward-nya aku mendapatkan voucher menginap di Deluxe Pool View untuk satu malam plus voucher makan di Restoran Canting.  Alhamdulillah, senang dan bersyukur, dong pastinya. Selain itu semangat menulisku jadi tetap menyala. Terima kasih Dafam Cilacap.


Sertifikat Juara 2 dan Hadiahnya. Foto: GFU


Hanya saja karena aneka kesibukan dan ujian hidup (ceileee, paansiy!) kesempatan menggunakan hadiah itu baru bisa kesampaian hari Sabtu (18/11/2023). Hikmahnya ada: aku bisa mengajak Farhan, Hanna, dan Hanif, alias trio Han buat menikmati wiken. Suamiku jaga gawang, eh, rumah bersama Simbah. ^^

Kami berangkat jam 2 siang sesuai waktu check in. Mbak resepsionis yang ramah dan baik hati menyambut dengan full senyum. Kami diberi kamar nomor 121, dan sesuai tipe tentu saja letaknya berhadapan dengan kolam renang. Wah, Hanna dan Hanif girang banget liat air. Kalo si Farhan, mah, awalnya jaim. Ujung-ujungnya ya nyebur  juga. 

Baca juga: Mengulik Keunikan Cilacap

Kondisi Kamar

Aku ingin kasih gambaran dulu nih, tentang kamar Deluxe Pool View.


Kolam renang yang berada di luar kamar Deluxe Pool View. Foto: GFU

Selain berhadapan dengan kolam renang, kamar ini lumayan luas. Di dalamnya ada doble bed yang muat untuk kami berempat. Di samping kanan kiri bed ada meja kecil dengan colokan listrik. Di sudut kiri ada meja kerja nyaman, yang di atasnya terdapat pemanas air untuk bikin teh/kopi plus air mineral. 

Meja kerja di sudut sebelah kiri kamar. Foto: GFU



Kamar mandi dengan shower air panas/dingin, wastafel plus  toiletris, dan kloset duduk. Di luar kamar mandi ada cermin, lemari baju kecil, dan sejumlah hanger baju. Masih tersisa space yang lega untuk sholat di dalam kamar.

Kamar ini juga dilengkapi dengan LED TV, AC, pesawat telepon indoor, dan koneksi Wifi yang lancar jaya. Oh iya, interiornya simpel, dan homey. Pokoknya nyamanlah buat beristirahat.

Double bed yang cukup lega. Foto: GFU


Kolam Renang  

Setelah sholat Ashar barulah anak-anak kuizinkan berenang. Ada 2 kolam dengan kedalaman berbeda: 90 dan 125 cm. Suhu air juga berbeda. Kolam 90 cm terasa lebih dingin dibandingkan kolam 125 cm. Wajar, sih. Sebab kolam yang dangkal letaknya seolah tersembunyi, diapit oleh dinding-dinding alam buatan ala tebing air terjun. Sedangkan kolam satunya menempati area yang terpapar sinar matahari.

Btw, Hanif malah lebih suka yang dingin. Padahal aku menggigil di situ. ^^


Kolam dangkal nan sejuk. Foto: GFU

Oh iya, pihak manajemen hotel sudah memasang pemberitahuan tertulis bahwasannya mereka tidak menyediakan lifeguard. Sehingga tamu hotel maupun pengunjung yang ingin berenang wajib menjaga keselamatan diri sendiri. Menurutku tidak masalah, sih. Toh, area kolam tidak terlalu besar.

Kami tidak sendirian Sabtu sore itu. Sudah ada tamu lain yang sama-sama membawa anak kecil tengah asyik berenang. Tentu saja itu bukan masalah. Anak-anak tetap hepi berenang dan bermain air. ^^ Berenang sesi kedua kami lakukan Minggu pagi setelah sarapan.


Cafe Teras

Malam minggu hujan turun deras. Hanif tidur awal setelah kecapekan berenang. Aku dan Hanna memanfaatkan kesempatan untuk pergi ke Cafe Teras. Sementara Farhan setuju menunggui adiknya. Tujuanku ke Cafe Teras tentu saja mencoba menu Nasi Balap Mak Sanggul, dan ngopi di Kopi Salem.^^

Wow, rekomendasi Mbak Lina Sophy memang tepat! Rasa menu Nasi Balap memang enak. Aku memesan Nasi Balap Polos seharga 7 ribu, untuk Hanna Nasi Balap Ayam Suwir seharga 12 ribu. Seporsi itu saja beneran  bikin  kenyang! Hanya saja Hanna sedikit nggak tahan dengan rasa pedas sambalnya. Hehe. 


Penampakan Cafe Teras. Foto: GFU


Kopi Salem-nya juga enak. Aku memesan Kopi Hitam seharga 5 ribu. Kemudian Farhan yang datang belakangan memesan Espresso-nya, dengan harga 18 ribu. Enak, tidak terlalu pahit. 

Aku juga sempat bertemu Mas Riyadh Ginanjar di stand Kopi Salem. Kami mengobrol lumayan banyak, tentang Cilacap, sejarah,dan lain-lain.Sayang, obrolan tak bisa berlangsung lama karena hujan kian deras, dan aku  khawatir Hanif terbangun.


Sarapan di Restoran Canting

Paginya kami berempat  sarapan di Restoran Canting. Karena masih awal  belum banyak tamu hotel yang datang. Pilihan menunya variatif. Untuk minuman tersedia: air mineral, jus  buah, infused water, susu, kopi, teh. Makanannya terdiri dari: sereal, buah potong, salad sayur, Nasi Goreng Rendang, nasi putih beserta sayur dan lauk, aneka kue dan cemilan tradisional. 

Anak-anak amat bersemangat mencoba menu. Hanna dan    Hanif sepakat memilih sereal dan susu, buah potong, jus buah. Sementara aku dan Farhan mencoba Nasi Goreng Rendang, buah potong, jus buah, dan kopi. 

Memang tidak salah, sih. Rasa makanan di Dafam Cilacap memang enak!


Menu sarapan di Restoran Canting. Foto: GFU

Akhir kata, cuma satu kata yang pas untuk menggambarkan pengalaman staycation kami di Hotel Dafam Cilacap: Nyaman. Cocok untuk berlibur bareng keluarga, atau untuk persinggahan bisnis. Pilihan kamar  pun beragam dengan rate berbeda. Fyi, untuk Deluxr Pool View sendiri tarifnya 450 ribu per malam termasuk sarapan untuk 2 orang, ya. 

Info lebih lanjut tentang Hotel Dafam Cilacap bisa sobat peroleh di sini. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya, Sobat! Terima kasih. 




  

Sabtu, 02 September 2023

Memaknai Tragedi Kecantikan dalam Film 'Susuk: Kutukan Kecantikan'

 

Ofisial poster film Susuk
Poster Resmi Film Susuk


Oleh: Gita FU


Isu kecantikan bagi kaum perempuan memang tak lekang oleh zaman. Hanya standarnya saja yang berbeda-beda,  mengikuti tren yang berlaku. Misalkan ketika demam budaya Korea tengah marak di negeri kita, maka standar cantik itu berupa kulit wajah mulus, bersinar, dengan tubuh ramping. Maka tak heran banyak kaum perempuan berlomba-lomba mengikuti pakem ini, dengan bantuan produk-produk kecantikan dan kosmetik tertentu. 


Kenapa demikian? Karena (konon) menjadi cantik itu berarti punya privilese tersendiri. Namun benarkah? 


Film horor terbaru dari Visinema Picture berjudul 'Susuk: Kutukan Kecantikan', tampaknya mencoba memberikan jawaban lain dari pertanyaan di atas. Sutradara  Ginanti Rona menerjemahkan ide cerita dan skenario dari Husein M. Atmodjo tentang perempuan  bernama Laras (Hana Malasan), yang mengalami tragedi akibat keinginannya untuk selalu tampil cantik dengan jalan yang salah. 

Suatu malam ia jatuh dari gedung bertingkat setelah dicelakai seseorang. Seharusnya Laras meninggal dengan luka sefatal itu. Namun sesuatu mencegahnya mati. Pihak medis tak bisa berbuat apa-apa menghadapi fenomena ganjil tersebut. 

Lalu adiknya, Ayu (Ersya Aurelia), dibantu seorang teman Laras, Arman (Jourdy Pranata), memutuskan mencari pengobatan alternatif di kampung halaman mereka yang terpencil.  Di rumah masa kecil kakak beradik tersebut, rahasia kelam pun menampakkan diri.

Ternyata Laras menanam banyak susuk di tubuhnya, sebagai ganjaran bagi kecantikan dan pesona raganya. Malang, puluhan susuk itu pula yang membuat tubuh Laras tersiksa. 
Pelbagai cara ditempuh Ayu, dan Arman demi memulihkan kondisi Laras. Termasuk meminta bantuan dukun muda bernama Prasetyo (Muhammad Khan). Mereka berkejaran dengan teror dari dunia gaib hingga preman. Berhasilkah? 


Perspektif tentang Kecantikan 


M. Khan, Ersya, Jourdy
Ki-ka: M. Khan, Ersya Aurelia, Jourdy Pranata. Foto: GFU 


Saya berkesempatan berjumpa langsung dengan tiga pemeran utama film, pada acara Roadshow Cinema Visit di Dakota Cinema Kroya, Cilacap, Sabtu (2/9/2023) siang. Film yang rilis serentak di bioskop tanah air  Kamis (31/8/2023) lalu ini, diketahui meraih lebih dari 50.000 penonton di hari perdana. 

Ketika ditanya pendapatnya tentang kecantikan, Jourdy Pranata menjawab bahwa cantik tidak melulu perkara fisik.

"Buat aku dari dalam sih, kayak bagaimana dia merespon orang lain, bagaimana dia meng-handle sekitarnya," urainya usai jam pemutaran pertama. 

"Aku, tuh, melihat perempuan yang cantik tuh, yang nggak ribet, yang nggak tahu kalau itu sebetulnya cantik. Jadi kayak itu dia semakin cantik," imbuh pemuda berkulit putih ini. 

Sementara menurut Ersya Aurelia yang akrab disapa Echa oleh sesama pemeran film ini,  kecantikan justru lebih bagus yang terpancar dari hati (inner beauty). 

"Kecantikan yang sesungguhnya, tuh, kecantikan hati, ya. Jadi kalau misalnya ketemu sama orang dan, maksudnya aku juga pernah gitu posisi mengidolakan orang perempuan gitu, misalnya tapi ternyata ketika aku tahu kelakuannya atau hatinya enggak sesuai dengan paras atau fisiknya gitu langsung ngerasa illfeel," jelas gadis berhidung bangir ini.

Muhammad Khan punya pendapat sedikit berbeda. Menurut pemuda berambut ikal ini, cantik dan atraktif adalah dua hal yang saling terkait. 

"Menurut aku cantik itu ketika aku ngelihat si orang ini dia punya kemampuan public speaking yang bagus, dan attitude yang bagus. Dua itu selalu jadi, karena kadang masih nggak bisa dipungkiri ya kalau ngomong secara fisik, sih lebih suka yang rambutnya panjang yang kecil gitu, yang suaranya lembut. Tapi kadang-kadang kalau udah diajak ngobrol kalau enggak punya public speaking yang bagus dan enggak oke itu kayak, cantik yang dari luar jadi hilang. Kayak luntur, gitu. Aduh udah nggak cantik lagi. Jadi mungkin cantik dan atraktif kayak ada saling berkaitan," ungkapnya panjang lebar. 


Kesan Usai Menonton


Pemutaran Film Susuk
Tiga pemeran menyapa penonton di Dakota Cinema Kroya. Foto: GFU


Film 'Susuk: Kutukan Pengantin' ini mengangkat tema yang tak usang. Alur cerita lumayan menurut saya. Unsur drama, gore, aksi, dan komedi juga berimbang. Musik latar termasuk standar  (jumpscare, suara guruh), begitu pula tone suram yang mewarnai sepanjang durasi. Namun visualisasi kengeriannya apik. 

Saya pribadi menyukai akting Muhammad Khan sebagai Prasetyo, dan Elang El Gibran selaku Seno sang preman kampung. Mereka berbakat dan mencuri perhatian. Tanpa menafikan pemeran utama lain. 


Film ini layak diapresiasi oleh penonton Indonesia. 




Sabtu, 19 November 2022

Ini Dia Marketplace Ramah UMKM



Mallee
Aplikasi Marketplace Mallee. Foto: tim/ist


Oleh: Gita FU


Zaman now adalah era digital, apa-apa serba online. Nyaris semua kebutuhan kita sudah tersedia di internet, tinggal buka gawai dan pilih aplikasi yang pas. 

Hal ini berlaku pula bagi kamu yang tengah memulai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan butuh memasarkan produk. Kini kamu dimudahkan dengan hadirnya pasar online alias marketplace. 

Mirip dengan pasar konvensional, di marketplace kamu bisa memajang foto produk. Lalu menanti  konsumen virtual memilih, dan membelinya. Setelah itu kamu kirim pesanan tersebut, dan tunggu uang pembayaran masuk ke rekening. 

Sekilas mudah, benarkah? 

Tentu tidak, Markoni. 

Ada banyak pelaku UMKM sepertimu yang sama-sama memarkir produk di etalase marketplace, bahkan bisa saja produknya serupa dengan milikmu. Kalau sudah begini pasti banyak pertanyaan bermunculan di benakmu. 

Bagaimana caranya bersaing untuk menarik pembeli? Kamu ingin lebih variatif tapi modal kurang, ada solusinya tidak? Apa kamu harus lari ke hutan, teriak di pantai, dan menghilangkan tutup tupperware emak? Siapa yang bisa kasih jawaban, pliisss!

Waduh. Sini, saya sodorkan jawaban. Cobalah Mallee. 


Apa itu Mallee? 


Yak, Mallee (dibaca: moli) adalah aplikasi marketplace buatan anak muda  Indonesia, yang hadir untuk memberi pencerahan dalam transaksi jual beli online. Tagline-nya adalah, #Semuaadasemuabisa. 

Hampir serupa dengan aplikasi marketplace lain di Mallee ada pula fitur etalase produk, transaksi, dan ekspedisi. Pembeli juga dimanjakan dengan promo potongan harga, hingga bebas ongkir. 

Perbedaannya, Mallee amat peduli pada  pelaku UMKM yang menjadi tenant di aplikasi ini. 


Problem UMKM


Menurut Bian, pendiri Mallee, teman-temannya sesama pelaku UMKM kerap mengeluhkan kurangnya support untuk memasarkan produk mereka. 

"Jadi dari ngobrol-ngobrol itu bisa saya simpulkan ada 4 keluhan teman-teman. Yaitu kurangnya pengetahuan dan teknologi untuk bersaing, jago produksi kurang bisa pemasaran, kekurangan modal finansial, dan rentan mengalami penipuan," jabarnya,  dalam salah satu teleconference kami beberapa waktu lalu. 

Bian bercerita bahwa ketika dirinya  bertemu Menteri BUMN Erick Thohir di suatu acara, di Yogyakarta, ia sempatkan menyampaikan hasil perbincangan tersebut. 

Erick Thohir, menurut Bian, menunjukkan kepedulian pada UMKM dan punya keinginan mendorong UMKM naik kelas. 

Selanjutnya Bian berjumpa pula dengan petinggi Bank Mandiri area Jateng dan DIY. Lalu terjadilah pembicaraan-pembicaraan penting. 

Dari situ muncullah ide Bian menciptakan aplikasi marketplace yang ramah pada pelaku UMKM. Ia juga menggandeng beberapa temannya untuk mewujudkan ide.

"Mallee ini asal katanya Mall elektronik. Biar mudah diingat kami singkat Mallee, dibaca Moli," cetus Bian. 


Solusi untuk Pelaku UMKM




Di Mallee mereka menyematkan 4 fitur khusus, yang menjawab 4 problem pelaku UMKM di atas. 

"Kami benamkan fitur edukasi baik online maupun offline. Lalu kami yang membuatkan konten untuk marketing pemilik UMKM," sebut Bian. 

Melalui kerjasama dengan Bank Mandiri, pelaku UMKM yang menjadi tenant Mallee dapat mengajukan KUR sangat lunak, bernilai maksimal 10 juta rupiah. 

Sistem keamanan di Mallee pun terjamin, baik dari sisi penjual maupun pembeli, selayaknya di marketplace lain. 

"Penjual juga dipermudah oleh kami. Biasanya penjual harus antar barang pesanan ke ekspedisi, tapi di Mallee penjual tinggal menunggu ekspedisi datang menjemput barang," terang Bian. 

Mallee menjamin hanya menerima  pelaku UMKM sebagai tenant dan tidak mengakomodir korporasi. Selain itu tidak ada potongan biaya bagi UMKM. 


Program Spesial Mallee




Nah, saya punya kabar baik lagi, nih. Selain sederet keunggulan bagi para pelaku UMKM di atas, Mallee juga sedang mengadakan program spesial lain nih. 

Bagi kamu yang belanja minimal nominal tertentu di Mallee, ada program GRATIS ONGKIR ke seluruh Indonesia plus kesempatan memenangkan HADIAH UNDIAN. 

Jadi, segera unduh Mallee sekarang di App Store atau Google Play Store. Lalu aktifkan fitur Livin' by Mandiri, otomatis kamu bakal dapat voucher belanja dari Indomaret senilai 50 ribu rupiah. Lumayaaan. 


#Mallee

#Marketplace