|
Dibuat dengan aplikasi Canva. |
Oleh: Gita FU
Awal mula saya mengenal blog adalah sekira tahun 2007. Saat itu dengan perut membesar karena sedang hamil anak pertama, saya masih cukup rajin datang ke kampus; saya sedang di masa akhir perkuliahan demi gelar ahli madya jurusan teknik informatika. Teman saya Agus menunjukkan caranya mengedit kode-kode di platform blog. Saya pun tertarik membuat blog pribadi. Tujuan saya sederhana: hanya ingin membuat semacam diary digital.
Tak lama kemudian saya bersalin. Mau tak mau saya cuti kuliah. Sekira tiga bulan berikutnya saya mulai kuliah kembali, serta meneruskan kerja paro waktu. Selama saya pergi, bayi saya diasuh oleh mertua, sehingga saya bisa tenang. Urusan nge-blog pun berlanjut dengan satu atau dua unggahan baru. Maklum, saya tak punya PC di rumah. Hanya di kampuslah saya bisa berselancar di internet secara gratis.
Sayangnya itu semua terputus di tahun 2008. Fisik saya drop, tak kuat menjalani aktivitas kuliah, kerja, dan mengurus bayi. Dengan berat hati saya memutuskan mundur dari perkuliahan, tak menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat meraih gelar ahli madya, serta keluar dari tempat kerja. Otomatis kegiatan blogging pun terhenti.
Waktu berlalu amat cepat.
Tahun 2015 merupakan momen 'eureka!' buat saya. Kenapa? Karena saya akhirnya menyadari apa yang membuat saya bergairah dalam hidup; saya menemukan passion sejati yaitu menulis. Kali ini saya punya alatnya; bukan laptop melainkan sebuah HP berjenama Nokia (ups! Tidak bermaksud ngiklan!). Dengan HP ini saya bisa berselancar di internet, aktif di laman Facebook, mengunggah aneka status. Pokoknya bersenang-senang.
Lewat Facebook pula saya mengenal, lalu bergabung dengan sejumlah komunitas kepenulisan. Tujuan saya jelas: menimba ilmu tentang dasar-dasar menulis yang baik dan benar. Di sela-sela mengasuh seorang balita (anak kedua lahir di tahun 2012), saya rajin mengetik cerita mini, maupun puisi. Di akhir tahun ini pula keluarga kami hijrah ke Cilacap. Meninggalkan Purwokerto yang lama menjadi habitat akrab.
Siapa nyana kepindahan ke Cilacap makin memacu saya menyeriusi dunia menulis. Bahkan di tahun 2016 senjata menulis saya berganti jenama; saya dihibahi sebuah HP android Smartfren oleh adik saya. Lho, kok, bukan laptop? Ya, maklum, belum ada anggarannya.
Saya menggunakan aplikasi Kingsoft Office, yang merupakan aplikasi bawaan dari HP. Menurut informasi yang saya peroleh, aplikasi tersebut adalah aplikasi WPS versi lawas. Sebenarnya saya sempat galau, apakah mungkin hasil ketikan di aplikasi ini dapat terbaca komputer lain, jika saya kirimkan via pos-el? Sebab di pertengahan tahun 2016 itu saya memiliki impian untuk menembus media massa. Jika saya harus mengirim tulisan lewat warnet, kendala saya tentu saja anak. Tak mungkin saya berlama-lama di warnet, yang lokasinya cukup jauh dari rumah. Minta tolong pada suami untuk menjaga anak kedua juga tak mungkin; dia berangkat jualan pagi hingga sore. Akhirnya saya nekat saja.
Ternyata usaha saya berbuah manis. Sebuah media daring menerima cerpen saya, dua kali pula! Wow, kepercayaan diri saya jadi meningkat. Saya makin rajin mengirim ke alamat pos-el media cetak. Dan kembali cerita anak saya berhasil menembus rubrik cerita anak di koran SoloPos. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam!
Tahun 2017 saya makin giat menulis lalu mengirimkannya ke media. Ponsel saya pun berganti tipe meski masih sama-sama berjenama Smartfren Andromax. Sehingga secara rutin minimal sebulan sekali ada tulisan saya yang berhasil tayang di media. Di tengah rasa syukur yang membuncah, seorang teman menghubungi via kotak pesan di Facebook. Dia menyarankan sungguh-sungguh agar saya membuat blog untuk mendokumentasikan jejak karya. Apa? Saya pikir bagaimana bisa saya membuat blog hanya bermodal HP? Lama saya renungkan saran tersebut. Saya merasakan kebenarannya. Dulu saya pernah membuat blog, masa sekarang tidak bisa? Jika menulis cerpen menggunakan aplikasi WPS saja bisa, seharusnya blogging juga sama bisanya, 'kan? Saya, toh, punya Android di tangan.
Begitulah awal mulanya. Saya memilih platform Blogspot untuk blog saya. Alasannya blogspot mudah diatur, apalagi saya pemula. Maka bulan Oktober 2017 saya mengunggah tulisan pertama saya. Kemudian berturut-turut sebagian besar tulisan yang telah tembus media cetak. Ada rasa bangga menyeruak. Saya berhasil melawan keterbatasan. Tidak punya laptop atau PC bukan halangan berkarya.
Menjadi Blogger? Siapa Takut!
Tahun 2018 adalah tahun di mana saya mengalami masa fluktuasi dalam menulis. Hal ini disebabkan kehamilan anak ketiga yang diluar dugaan. Kondisi tubuh yang sering tidak fit plus perubahan hormon membuat produktivitas turun. Akibatnya tak banyak karya saya yang berhasil tembus media massa. Walaupun begitu saya tetap bersyukur, dalam kondisi serba tidak nyaman saya dimampukan-Nya menggapai impian: menerbitkan buku solo.
Korelasi dari sedikitnya karya yang nampang di media ialah terabaikannya blog saya. Aduh, bagaimana ini?
Blog menjadi berdebu, di beberapa sudutnya mulai terlihat sarang laba-laba. Mengenaskan.
Dalam kondisi demikian, dua teman FB yaitu Aci dan Arwen menarik saya ke jalan yang tak terpikir sebelumnya.
Berawal dari seringnya melihat Aci membagi pranala tulisannya di sebuah blog kecantikan dan blog pribadi, membuat saya tergerak meng-klik tautan tersebut, lalu membacanya. Wah, betapa rajinnya dia menulis artikel! Padahal ide-idenya sederhana, ada di kehidupan sehari-hari. Dan Aci terlihat bersungguh-sungguh akan usahanya. Terbersit keinginan mengikuti jejak Aci. Daripada ngotot menunggu ada karya yang tembus media baru mengisi blog sendiri. Aci pun terus menyemangati saya. Walaupun demikian saya masih bimbang.
Beberapa waktu kemudian, Arwen menawari saya bergabung di grup WA bentukannya. Grup itu bukanlah grup belajar, melainkan tempat berbagi pranala blog pribadi. Nantinya para anggota akan saling mengunjungi blog (blog walking). Tujuannya saling memotivasi untuk tetap menulis apapun temanya, dan meningkatkan traffic blog. Setelah menimbang sejenak, saya sambut ajakan Arwen. Pikir saya, ini adalah langkah awal menjadi blogger, saya tak boleh menyia-nyiakan kesempatan.
Saya pun sempat mengikuti kelas privat belajar nge-blog bagi pemula, bersama Toni Al Munawar. Saya belajar ilmu dasar, SEO, cara meningkatkan trafik, dan bagaimana cara meningkatkan nilai tambah pada blog saya.
Jadi begitulah konklusinya. Passion saya adalah menulis; meninggalkan jejak keberadaan saya di dunia. Saya sudah berhasil mengatasi keterbatasan fasilitas, bisa mengambil jeda di sela-sela kesibukan mengasuh anak, maka saya tak boleh berhenti begitu saja. Kini era digital, saya ingin menyumbangkan kontribusi positif melalui tulisan. Lewat blog siapapun bisa mengaksesnya, dan mudah-mudahan mengambil manfaat darinya.
Tentunya saya punya resolusi pribadi terkait aktivitas nge-blog ini. Saya berharap bisa naik tingkat menjadi blogger yang profesional. Untuk itu saya tak segan menimba ilmu dari para blogger professional, misalnya Bang Nodi Harahap. Saya juga bermimpi punya laptop suatu saat nanti, agar lebih leluasa menulis. Semoga tercapai resolusi sederhana saya di tahun ini. Bagaimanapun, saya bangga menjadi narablog di era digital. (*)
Cilacap, 220119
#KompetisiBlogNodi #NarablogEraDigital