![]() |
| Para peserta dan Narasumber Workshop Literasi Keuangan di Aula Perpustakaan Daerah Cilacap (Foto: KBSA) |
Oleh: Gita FU
Cilacap, kopidarigita.com—Sobat, mungkin selama ini yang ada di benak sebagian besar kita mengenai keuangan, hanya terbatas pada alur kas masuk dan keluar. Namun ternyata jika dikaitkan dengan literasi, maka perkara uang bisa lebih kompleks daripada itu.
Pengetahuan itulah yang saya dapatkan kala mengikuti Workshop Literasi Keuangan yang diselenggarakan di Aula Perpustakaan Daerah Cilacap pada Sabtu, 25 Oktober lalu. Acara ini merupakan kolaborasi sejumlah komunitas dan pegiat literasi di Cilacap, serta menghadirkan dua narasumber yaitu Nurul Mae, pegiat edukasi dan literasi, dan Arviant Enggar, pendiri Edufornia.
Nurul Mae menyajikan materi berjudul “Manage Your Money” atau Aturlah Uangmu. Ia menyebutkan alasan mengapa uang perlu diatur, yakni membantu kita mencapai tujuan dalam hidup, serta mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa menggagalkan tujuan-tujuan tersebut. Di sinilah pentingnya memahami literasi keuangan, dan mengenal inklusi keuangan.
Pendiri Komunitas Belajar dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Semesta Alam ini, memaparkan pengertian literasi keuangan dan inklusi keuangan kepada puluhan peserta yang terdiri dari mahasiswa, ibu rumah tangga, dan masyarakat umum.
“Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan pengelolaan keuangan, guna mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat.”
“Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga produk dan layanan jasa keuangan, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.”
![]() |
| Nurul Mae, pendiri KBSA, TBM Semesta Alam, Duta Literasi Keuangan OJK 2025 (Foto: GFU) |
Nurul yang juga Duta Literasi Keuangan OJK 2025, serta Sobat Lik Jaka, ini menyebutkan tiga macam tujuan keuangan. Tujuan itu adalah jangka pendek (1-3 tahun), jangka menengah (3-5 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 5 tahun).
Selain mendapatkan sejumlah teori praktis, para peserta juga diajak mempraktikkan sejumlah tugas dengan cara membentuk kelompok diskusi. Hal ini menimbulkan keseruan tersendiri karena para peserta dari beragam latar belakang ini jadi saling mengenal. Nurul meminta mereka mendiskusikan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.
Kemudian peserta juga diajak mempraktikkan cara mengatur keuangan menggunakan persentase anggaran ideal. Topik ini pun menghadirkan kegembiraan karena tiap kelompok diberi modal dana yang nominalnya berbeda-beda, meskipun fiktif.
Belajar Jadi Kaya lewat Edufin
![]() |
| Arviant Enggar, pendiri Edufornia, saat memberi materi (foto: GFU) |
Di sesi kedua materi diisi oleh Arviant Enggar, pendiri Edufornia dan Cemara Coffee Space. Ia mengajak para peserta belajar keuangan melalui permainan Edufin.
Permainan tersebut secara tak langsung menunjukkan bagaimana caranya seseorang menjadi kaya. Ada elemen uang masuk, pengeluaran rutin, tabungan, investasi, penghasilan pasif, dan pengeluaran tak terduga. Tujuan akhir permainan adalah status kebebasan finansial si pemain, di mana ia berhasil memiliki pendapatan pasif yang lebih besar dari pendapatan pokok.
Enggar menyitir ilmu yang ia peroleh usai membaca buku karya Robert T. Kiyosaki berjudul “Rich Dad, Poor Dad”. Di mana dalam buku itu diterangkan perbedaan pola pikir (mindset) ayah miskin dan ayah kaya. Karena ternyata untuk mengubah diri kita menjadi orang kaya/berpenghasilan tinggi, pertama kali yang mesti diubah adalah pola pikir.
Kemudian ia menerangkan tentang empat kuadran dalam dunia keuangan yang sedikit banyak berpengaruh terhadap masa depan finansial kita. Empat kuadran tersebut adalah:
- Employee (karyawan/pegawai); memiliki gaji bulanan tetap, jika tidak bekerja maka takada pemasukan. Contoh: PNS, guru, pegawai kantor
- Self-employee (pekerja mandiri); penghasilan tidak tetap, kerja sendiri tanpa bos, jika takada pekerjaan maka takada pemasukan. Contoh: editor lepas, kreator konten, desainer.
- Business owner (pemilik usaha); uang masukmeski tak bekerja, punya sistem dan tim yang mendukung pekerjaan. Contoh: pemilik waralaba, CEO startup.
- Investor (penanam modal); uangnya bekerja untuk si pemilik, memiiki asset yang memberi penghasilan pasif. Contoh: pemilik kos-kosan, investor saham.
Para peserta tampak antusias sepanjang pemaparan materi tersebut. Seperti yang disampaikan Nurul secara terpisah, ia berharap usai mengikuti workshop para peserta lebih sadar akan pentingnya literasi keuangan.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar