Cari Blog Ini

Rabu, 23 Juli 2025

Difabel Bisa Berusaha dengan Pelatihan Wirausaha dari Dipa Mandiri Nusantara dan PNM Purwokerto

  

Sugeng Paijo, Direktur Yayasan Dipa Mandiri Nusantara
Sugeng Paijo, narasumber dan Direktur Yayasan Dipa Mandiri Nusantara, memberikan materi pelatihan. (Dok. Pri/GFU)

Oleh: Gita FU

CILACAP, kopidarigita.com--Puluhan kaum disabilitas dan perempuan asal Cilacap kembali mengikuti pelatihan kemandirian usaha, yang digagas oleh Yayasan Dipa Mandiri Nusantara dan PT. PNM (Permodalan Nasional Madani) Cabang Purwokerto, yang berlokasi di Ruang Rapat Jalabhumi Pendopo Wijayakusuma Kabupaten Cilacap, hari Rabu (23/7/2025) pagi.

Pelatihan bertajuk Difabel Bisa Berusaha Craft dari Batang Pohon Pisang ini menghadirkan tamu dan narasumber dari Yayasan Dipa Mandiri Nusantara, KPI Pertamina RU IV Cilacap, PT. PNM Cabang Purwokerto, PLUT DPKUKM Kabupaten Cilacap, dan Hotel Luminor Purwokerto.

Khania Kendarsyah selaku Dewan Pembina Yayasan Dipa Mandiri Nusantara mengatakan bahwa ini bukan sekadar pelatihan, melainkan momen penting yang mencerminkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya, bermimpi, dan berkontribusi nyata untuk bangsa.

"Kegiatan ini kami gagas sebagai bentuk nyata dari visi Yayasan Dipa Mandiri Nusantara, yakni membangun ekosistem pemberdayaan yang menyatukan keberagaman, menciptakan ruang tumbuh bagi perempuan, disabilitas untuk berdaya dan mandiri," tegasnya.

Cecep Supriyatna, Area Manager Comrel and CSR KPI Pertamina RU IV Cilacap, menyambut baik pelatihan kewirausahaan bagi kaum disabilitas ini. Ia menyatakan pihak Pertamina siap membantu mengembangkan peluang usaha kerajinan ini melalui program CSR Pertamina.

"Jelas ini adalah sesuatu yang kreatif, inovatif, dari pelepah pisang yang sekilas mirip dengan kulit (hewan) asli. Saya (CSR) ingin ikut nimbrung di sini. Nah, yang saya inginkan adalah kualitasnya seperti apa. Karena tidak mungkin kualitas bahan di bawah kulit (hewan) asli tapi harga minta disamakan," katanya, saat diwawancarai terpisah oleh awak media.

Ia berharap hasil kerajinan berbahan pelepah batang pisang ini akan banyak bicara di pasar. Terutama setelah melalui pengujian kualitas. Mengingat keunikan, keistimewaan dari segi desain serta tekstur yang tak kalah mewah dengan barang-barang bermerk dan berharga mahal. Apalagi tenaga pembuatnya berasal dari kalangan penyandang disabilitas.

"Kalau soal pemasaran, insyaallah Pertamina 'kan punya pameran-pameran yang diadakan oleh holding. Nanti kita coba masuk ke sana karena ini unik. Saya sedang tanyakan ke seluruh UMKM di seluruh Indonesia yang ada di Pertamina, apakah sudah ada yang menyamak kulit dari pelepah pisang ini. Kalau belum ada kita harus ikut," tandasnya.

Sementara itu Rohmat Agus Pranoto, Pimpinan PT. PNM Purwokerto, mengungkapkan bahwa ada tiga jenis modal yang diberikan oleh PNM kepada masyarakat. Pertama, modal finansial atau modal keuangan dan bantuan modal usaha. Kedua, modal intelektual berupa pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat. Dan ketiga, modal sosial yaitu pengintegrasian hasil dari pelatihan. 

"Karena itu tidak salah jika kami mengundang Pertamina, Hotel Luminor, Dafam, agar hasil dari pelatihan hari ini jelas akan dijual kemana," tuturnya. 

Secara terpisah Rohmat menyebutkan pula alasan PNM memilih mendampingi kaum difabel yang menjadi binaan Yayasan Dipa Mandiri Nusantara. 

"Kami ingin ada kesetaraan. Dalam artian tidak ada pilih kasih, siapapun boleh berkembang. Kebetulan kaum difabel ini memiliki semangat yang bagus. Semangat ini tidak boleh surut. Makanya untuk menjaga semangat itu kami mendampingi dan memberi mereka pelatihan," ungkapnya.

Tak hanya pelatihan tentang membuat produk, para peserta juga diberi pengetahuan tambahan terkait perizinan usaha, SNI, dan lainnya, agar produk yang dihasilkan bisa diterima oleh pasar lokal. Materi tersebut di atas diberikan oleh Anisa Dian dari PLUT DPKUKM Kabupaten Cilacap.

Baca juga: Puluhan Penyandang Disabilitas Membuat Dompet dari Pelepah Pisang bersama Dipa Mandiri Nusantara

Dari Gedebog Pisang Menjadi Kulit Sintetis Vegan 

Sugeng Paijo menunjukkan kulit sintetis vegan
Sugeng Paijo menunjukkan lembaran kulit sintetis vegan dari gedebog pisang (dok.pri/GFU)

Pada sesi pelatihan, Sugeng Paijo selaku narasumber sekaligus Direktur Yayasan Dipa Mandiri Nusantara memberikan simulasi proses pembuatan bahan baku produk. Ia menyebutkan alasan memilih gedebog atau batang pisang sebagai bahan baku utama kulit sintetis vegan.

"Melimpah di daerah tropis, termasuk Indonesia, biasanya dibuang setelah panen, mengandung serat alami yang kuat dan fleksibel, serta mudah diolah menjadi bahan seperti kulit," katanya di depan peserta.

Selanjutnya ia menunjukkan alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat selembar kulit sintetis vegan. Alat-alatnya cukup sederhana yaitu pisau atau gunting yang tajam, kompor, blender, panci, spatula, loyang atau wadah datar lainnya. Sedangkan bahannya terdiri dari gedebog pisang segar, soda api, gliserin nabati, PVA, dan pewarna makanan. 

Para peserta terlihat bersemangat dan aktif bertanya ketika Sugeng mempraktikkan langkah-langkah mengolah gedebog pisang tersebut. Apalagi ketika tiba masanya para peserta praktik langsung membuat sejumlah jenis suvenir berupa gantungan kunci, dompet kartu, dan kalung identitas (ID Card). 

Sejumlah kesulitan muncul terutama berasal dari keterbatasan peserta. Namun nyatanya tak menyurutkan semangat mereka. Tim dari Dipa Mandiri pun sigap membantu mempermudah kerja peserta. Di akhir pelatihan para peserta dibekali paket suvenir yang bisa mereka kerjakan di rumah. Sementara hasil kerja mereka di lokasi pelatihan langsung ditampung oleh pihak PNM, untuk keperluan display produk. 

Pelatihan kali ini bukanlah akhir langkah Dipa Mandiri, melainkan sebagai gerbang kesempatan yang lebih baik di masa mendatang.


Jumat, 20 Juni 2025

Nostalghie Photography, Lebih dari Sekadar Foto

Nostalghie Photography, jasa fotografi di wilayah Cilacap (IG/nostalghiephotography)

Oleh: Gita FU

CILACAP, kopidarigita.com—Berawal dari hobi memotret, Yogi Permana memantapkan diri terjun ke bisnis jasa fotografi. Ia memulainya di tahun 2017, di mana klien pertama memintanya memotret di acara pernikahan (wedding photo). Selanjutnya Yogi memperluas cakupan jasa fotografinya.

“Saya juga melayani foto indoor dan foto produk,” terangnya kepada Kopidarigitadotcom, di acara pelatihan Teman UMKM Naik Kelas, Jumat (13/6/2025) lalu.

Baca juga: Cireng Mas Panjul, Tetap Renyah Meski Tak Panas Lagi 

Pria yang mengaku sedang mencari pendamping hidup ini mengungkapkan, kelebihan jasa fotografi miliknya ada pada sentuhan detil, serta permainan tata lampu. Sehingga hasil akhirnya akan menampilkan foto produk yang terkesan mewah, dan menarik perhatian orang.

“Misal makanan, itu bakal terlihat mengundang selera orang meskipun hanya dari foto saja,” bebernya. 

Dalam menjalankan bisnisnya, Yogi menerima panggilan ke luar kota. Untuk proses editing hingga rampung ia lanjutkan di studio pribadinya di rumah. 

Jasa fotografi yang ia jalankan tak berhenti sampai pemotretan semata. Setelah itu Yogi akan memajang pula foto klien, disertai sentuhan kata-kata yang menarik, di akun Instagram @nostalghiephotography miliknya sebagai sarana promosi dua arah.

Pada kesempatan terpisah ketika dikulik soal kendala-kendala yang pernah dialami, pria ini menyebutkan perkara minimnya edukasi.

“Kendala paling kerasa itu di edukasi pasar. Banyak pelaku UMKM belum paham betapa pentingnya visual produk yang bersih, menarik, dan bisa jadi senjata utama branding. Kadang juga harus jungkir balik ngepasin harga agar tetap terjangkau, tapi tetap layak buat tenaga dan alat yang dibawa,” bebernya, melalui sambungan telepon.

Namun Yogi sama sekali tak berkecil hati. Ia tetap memilih jalan sendiri, serta fokus ke kualitas, rasa, dan cara menyampaikan karya. Baginya persaingan itu pasti ada.  

“Tapi yang bisa kita jaga, ya, value dan cara kita menyentuh orang lewat visual. Nggak selalu harus jadi yang paling murah, tapi jadi yang paling bermakna,” ucapnya bijak.

Dari sekian tahun pengalamannya memotret tentu saja ada peristiwa yang menancap di benaknya.

“Paling berkesan, tuh, waktu ada klien UMKM yang awalnya cuma iseng nyoba foto promo, terus setelah itu jualannya naik drastis. Dari situ aku sadar, ternyata karya sekecil apapun bisa bantu nyambung hidup orang. Itu jadi pengingat biar tetap semangat dan nggak asal motret,” ungkapnya.

"Nostalghie percaya, bahwa setiap rasa punya cerita, dan setiap usaha kecil layak ditulis dengan cahaya yang indah. Karena dalam diam sebuah produk, ada harapan yang ingin diperjuangkan, dan kami hanya ingin membantu ia terlihat serta lebih dicintai."




Rabu, 18 Juni 2025

Cireng Mas Panjul, Tetap Renyah Meski Tak Panas Lagi

 

Yuliyan Ardian dan Cireng Mas Panjul (dok/IG cirengmaspanjul)

Oleh: Gita FU

CILACAP, kopidarigita.com—Siapa nyana berawal dari nama tongkrongan malah menjadi ide buat brand produk. Itulah yang diceritakan Yuliyan Ardian kepada Kopidarigitadotcom dalam perbincangan santai, usai pelatihan Teman UMKM Naik Kelas hari Jumat (13/6/2025) lalu, di Warung Asik, Cilacap.

“Jadi ada kesalahan dari guru SD saya saat itu. Nama saya kan Yuliyan, tapi jadi Julian. Dipanggilnya ‘Jul, Jul’, gitu. Akhirnya keterusan jadi nama beken. Terus saya pakai saja buat merk cireng saya, Cireng Mas Panjul,” bebernya.

Selanjutnya lelaki ini menjelaskan, mulanya ia terjun ke dunia usaha dengan menjadi reseller cireng. Mengetahui banyak orang menyukai jajanan berbahan aci tersebut membuat Yuliyan memutuskan menjual produknya sendiri.

Ia mengingat tahun 2020 sebagai langkah pertamanya berjualan cireng. Tentu saja kesulitan pertama yang ia hadapi ada di proses peracikan resep. Apalagi ia telah punya standar pribadi untuk bakal cireng jualannya.

“Karena adonan cireng saya itu berbeda dari yang ada di pasaran saat itu,” katanya.

Kini tak terasa Yuliyan telah melakoni tahun kelimanya berjualan Cireng Mas Panjul. Banyak pelanggan setia telah ia peroleh. Suka duka pun dijalani dengan tegar. 

Menurut Yuliyan, pembeda utama cirengnya dengan kompetitor ada pada adonan.

“Cireng saya tidak alot meski dalam kondisi dingin, tetap renyah rasanya,” ungkapnya.

Memang benar, jamaknya  gorengan berbahan aci akan bertekstur renyah saat dalam kondisi panas. Sebaliknya, jika sudah dingin bakal terasa alot saat dikunyah.

Yuliyan aktif mempromosikan produknya di media sosial. Melalui akun Instagram @cirengmaspanjul  ia memajang aneka konten menarik. Di antaranya ada  unggahan testimoni pembeli yang memuji kelezatan rasa, dan isian cireng yang gendut alias penuh. 

Untuk harga jual, Cireng Mas Panjul dibanderol Rp 17.000/10 pcs. Sedangkan ketahanan produknya berkisar 3-4 hari di suhu pendingin biasa, dan bisa lebih dari 10 hari jika masuk freezer.

Baca juga: Teman UMKM Naik Kelas Ajak Berani Ngonten Demi Tambah Cuan 

Terkait keikutsertaannya dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Teman UMKM Cilacap dan Smartfren Community, Yuliyan mencetuskan harapan pribadinya.

“Agar skill penjualan saya nambah. Otomatis jika skill bertambah maka omset pun bertambah,” jelasnya, sekaligus menutup perbincangan kami.