Cari Blog Ini

Rabu, 05 November 2025

Kolaborasi KBSA dan KLC demi Memajukan Literasi di Cilacap


Nurul Mae dan Mitri Komalasari
Nurul Mae dan Mitri Komalasari usai Workshop Literasi Keuangan (Foto: GFU)

oleh: Gita FU

 Cilacap, kopidarigita.com—Sobat, kolaborasi adalah kerja sama antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi, untuk mencapai tujuan bersama. Pihak-pihak yang terlibat saling berbagi sumber daya, keahlian, dan tanggung jawab agar mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kolaborasi, hasil yang dicapai biasanya lebih baik dibanding bekerja seorang diri.

 Alasan tersebut agaknya mendasari Nurul Mae, pendiri Kelompok Belajar dan Taman Baca Masyarakat Semesta Alam, serta Mitri Komalasari, pendiri Klub Literasi Cilacap, berkolaborasi dalam sejumlah kegiatan edukasi dan penguatan literasi di wilayah Ciacap. Yang terbaru adalah kolaborasi mereka di Workshop Literasi Keuangan, pada Sabtu (25/10/2025) lalu, di Aula Perpustakaan Daerah Cilacap.

Baca juga: Pegiat Literasi Cilacap Ajak Masyarakat Sadari Literasi Keuangan di Era Digital 

Sebagai informasi tambahan, Nurul Mae belum lama ini menerima Penghargaan Gerakan Budaya Gemar Membaca dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cilacap, lho. Penghargaan ini diserahkan pada Kamis, 30 Oktober 2025, di Hotel Sindoro, Cilacap. Menurutnya, apresiasi tersebut  seolah menjadi kado manis setelah lima tahun kiprahnya di masyarakat.


Nurul Mae terima penghargaan
Nurul Mae (berbaju merah muda) saat menerima hadiah Penghargaan Gerakan Budaya Gemar Membaca secara simbolis, tempo hari (Foto: NM/KBSA)

Sementara Mitri dan Klub Literasi Cilacap konsisten mengadakan kegiatan yang mendorong minat baca generasi muda. Ia dan Semesta Buku menyelenggarakan Bincang Buku, di event yang disponsori oleh Gramedia itu pada Jumat, 31 Oktober 2025, di Aula Politeknik Negeri Cilacap. Acara Bincang Buku tersebut terbukti mengundang minat banyak peserta dari berbagai latar  belakang.  


Mitri dan Bincang Buku
Klub Literasi Cilacap usai Bincang Buku di Semesta Buku (Foto: MK/KLC)

 Kembali ke topik kolaborasi di awal.  Saya sempat berbincang-bincang dengan  Nurul Mae (NM) dan Mitri K. (MK) usai acara Workshop Literasi Keuangan. Berikut hasilnya saya rangkum untuk sobat semua.

 

Apa tujuan mengadakan workshop?

NM:  Tujuannya mengedukasi teman-teman terkait literasi keuangan, manajemen keuangan, dan permainan edufin.

Siapa yang menjadi sasaran edukasi?

NM: Kelompok usia SMA, mahasiswa, ibu  rumah tangga, dan masyarakat umum.

Apa alasan menyelenggarakan workshop?

NM: Dari KBSA/TBM (Komunitas Belajar Semesta Alam/Taman Bacaan Masyarakat) sejak awal konsen ke kegiatan pendidikan, salah satunya bidang literasi. Literasi sendiri mencakup banyak hal salah  satunya literasi keuangan. Kebetulan saya sendiri berkesempatan bulan lalu (September) mengikuti Training dari OJK Purwokerto. Jadi untuk menyebarkan ilmu yang sudah saya dapatkan dari training, dibuatlah workshop ini.

Bagaimana kesadaran masyarakat Cilacap tentang  literasi keuangan?

NM: Untuk jumlah pasti, kan, perlu survei. Untuk perkiraan masih menengah, yang masih perlu digencarkan sosialisasinya.

Apakah workshop Literasi Keuangan akan berlanjut?

NM: Saya belum tahu. Jika memang masih ada teman yang menginginkan, ya nanti kita adakan dengan kolaborasi yang lebih luas.

Apa harapannya setelah mengadakan kegiatan ini?

NM: Harapannya, ya, dengan adanya literasi keuangan maka  semakin aware dengan pengelolaan keuangan  supaya (hidup) lebih baik lagi, dan terhindar dari utang yang buruk.

 

Apa peran Klub Literasi Cilacap (KLC) pada acara ini?

MK: Peran KLC sebagai kolaborator. Karena KLC mendukung kegiatan-kegiatan yang konsen dibidang literasi.

Bagaimana antusiasme peserta menurut pantauan KLC?

MK: Saya menilai antusiasme peserta cukup tinggi. Dan dari ekspresi peserta seolah tercerahkan.  Karena setelah dapat edukasi peserta mendapat wawasan baru tentang mengelola uang.

Apakah di lain kesempatan KLC akan mengadakan sendiri  workshop semacam ini?

MK: Sepertinya tidak. Kami tetap ingin berkolaborasi  dengan pegiat literasi lainnya agar ilmu dan wawasan dapat saling ditularkan.

NM: Karena kolaborasi itu saling menguatkan (tertawa bareng).


Wah, mereka kompak bener, ya, Sobat? Kita  doakan, yuk, semoga semakin banyak generasi muda di Cilacap yang sadar akan pentingnya edukasi dan literasi, bagi masa depan yang lebih baik. Aamiin.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya! 

Senin, 03 November 2025

Kisah di Balik Novel Ratu Kalinyamat

 

Penulis Novel Ratu Kalinyamat
Setyo Wardoyo saat gelar wicara di acara Jumpa Penulis Novel Ratu Kalinyamat (Foto: dokpri/GFU)

Oleh: Gita FU

Cilacap, kopidarigita.com—Sobat, siapa nama tokoh wanita dalam sejarah Nusantara yang sudah kalian ketahui? Mungkin sebagian besar jawabannya adalah RA. Kartini, Tjut Nyak Dien, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, atau Kristina Marta Tiahahu. Semuanya tak salah. Namun jika kita mundur kembali ke masa kerajaan, ada banyak nama gemilang yang mungkin jarang mencuat di pelajaran sejarah sekolah. Sebut saja Laksamana Keumalahayati dari Aceh, Ratu Shima dari Kalingga, Tribhuwana Tunggadewi dari Majapahit, dan Ratu Kalinyamat dari Jepara.

Patut disyukuri, studi sejarah terbaru telah berhasil mengulik nama-nama tersebut beserta peranan masing-masing. Bahkan kisah Ratu Kalinyamat diangkat ke dalam novel fiksi sejarah berjudul sama. Penulisnya adalah Setyo Wardoyo, yang sebelumnya sukses pula menulis novel berjudul The Rise of Majapahit.

Nah, pada hari Kamis, 30 Oktober 2025 lalu saya berkesempatan mengikuti acara Jumpa Penulis Novel Fiksi Sejarah “Ratu Kalinyamat” Setyo Wardoyo, di Hall Anggraeni Hotel Sindoro, Cilacap. Acara tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Cilacap, sebagai satu rangkaian dengan  Penutupan Pameran Literasi yang telah digelar sejak 28-30 Oktober 2025. Tentunya hal ini  adalah suatu pengalaman berharga bagi saya.    

Oh iya, Sobat, sebelum sesi gelar wicara dimulai kami disuguhi penampilan luar biasa dari Keylha Hasna Aulia yang menyanyikan “Jepara 1574”, dan Dyah Gayatri Kusumarini yang membacakan puisi “Jepara 1574”. Asli, penampilan mereka bikin terpukau, lho.

Setelah itu tibalah saat yang ditunggu. Setyo Wardoyo, lelaki alumni SMAN 1 Cilacap yang punya sapaan akrab Yoyo, memaparkan secara sistematis proses di balik layar penulisan novel Ratu Kalinyamat. Ia bilang latar belakang memilih tokoh perempuan, antara lain guna melengkapi dan mengenalkan sosok tokoh utama kepada khalayak. Ratu Kalinyamat sendiri adalah putri Sultan Trenggono. Ia hidup di Jepara di abad 16, di masa kedatangan Portugis ke Nusantara. Nama aslinya, Ratu Mas Ayu Ratna Kencana.

Setyo mengungkapkan ia ingin mengangkat peran perempuan dalam sejarah. Selain itu ia juga menyoroti situasi  maritim kala itu, serta mengangkat budaya lokal.

Mengingat genre novelnya adalah fiksi sejarah maka Setyo menggunakan beberapa metode penulisan. Pertama, metode riset pustaka sehingga ia menemukan empat sumber primer dari Portugis, referensi dari Forum Diskusi Denpasar 12 yang digagas Lestari Moerdijat (wakil Ketua MPR RI), dan laporan Riset Penelitan Empiris Ratu Kalinyamat.

Kemudian ia juga bertemu narasumber yang memiliki keterkaitan dengan sejarah lokal,  termasuk menemui kuncen, demi menggali cerita-cerita lisan yang belum didokumentasikan dalam bentuk arsip. Setelah merasa mendapat cukup bahan barulah ia mulai menulis.

Fyi Sobat, novel Ratu Kalinyamat karya Setyo Wardoyo telah diterbitkan oeh Grasindo, Desember 2024 lalu. Tebal novelnya adalah 496 halaman. Wajar tebal, ya, mengingat genre yang diusung kisah ini.

 

Peran Ratu Kalinyamat

 

Cover Novel Ratu Kalinyamat (Foto: Grasindo) 

Menurut data dan fakta sejarah yang saya baca di Laporan Hasil Penelitian Empiris  Ratu Kalinyamat, diterbitkan oleh MPR-RI, 2025, Ratu Kalinyamat  adalah sosok pemimpin perempuan pertama  yang mencetuskan anti-kolonialisme terhadap Portugis di abad XIV. Ia sosok yang   tangguh, bermental baja, dan amat berpihak kepada rakyatnya. 

Bayangkan, sang ratu meneruskan tampuk kepemimpinan setelah suaminya Pangeran Hadiri tewas dibunuh Arya Penangsang, penguasa Blitar yang ingin merebut kekuasaan di Demak. Bukannya goyah setelah kematian tragis suaminya, ia malah berhasil menegakkan marwahnya. Terutama setelah akhirnya Arya Penangsang mati di tangan Jaka Tingkir atau Hadiwijaya. Ratu Kalinyamat mendedikasikan hidup untuk kemajuan Jepara.

Di samping itu, Ratu Kalinyamat adalah diplomat unggul. Berkat diplomasinya, ia berhasil membentuk poros maritim dengan kesultanan lain (Aceh, Cirebon, Hitu). Poros inilah yang berhasil merepotkan Portugis dengan empat kali serangannya. Serangan pertama pada 1551, ia mengirimkan pasukan ke Malaka, atas permintaan Kerajaan Aceh.

Serangan kedua, pada 1564, ia mengirimkan pasukan ke Teluk Ambe, atas  permintaan Sultan Ternate. Tujuannya guna menangkal upaya pendudukan Portugis.

Ketiga pada 1565, Ratu kembali mengirimkan pasukan ke wilayah Ambon. Kali ini atas permintaan Sultan Hitu, untuk melawan hegemoni Portugis terhadap sumber-sumber ekonomi, dan pelabuhan.

Keempat, pada 1574, ia secara mandiri mengirimkan 15 ribu pasukan dan 30 jung besar ke Malaka untuk menyerang Portugis. Ke empat serangan ini tergambar dalam buku-buku primer yang terbit di Portugis.

 Atas keberanian, dan kepandaiannya ini pihak Portugis pun menaruh rasa hormat kepadanya. Ratu Kalinyamat  diberi julukan Rainha de Japora, Senhora Poderosa e rica. Artinya, Ratu Jepara, seorang wanita kaya dan sangat berkuasa.

Seni ukir Jepara pun maju pesat di bawah kepemimpinan sang Ratu. Demikian pula pelabuhan jepara kala itu menjadi besar, dan memegang peran strategis dalam perdagangan lintas kerajaan.

Semua sepak terjang tersebut benar-benar pantas diteladani oleh bangsa Indonesia saat ini. Ratu Kalinyamat telah mencontohkan semangat dan patriotisme, sekaligus kecerdikan, dan pandangan visioner. Ia pantas dijadikan salah satu pahlawan nasional kita, bukan?

Demikianlah Sobat, sedikit catatan pinggir terkait pengalaman saya mengikuti Jumpa Penulis Setyo Wardoyo. Ups, hampir lupa. Menjelang akhir sesi gelar wicara, Setyo sempat membocorkan novel berikutnya bakal mengangkat kisah kepahlawanan dari Cilacap. Wow, tak sabar menunggu hasilnya kelak.

Sampai jumpa di artikel selanjutnya, Sobat!

 

 

 

     


Kamis, 30 Oktober 2025

Pegiat Literasi Cilacap Ajak Masyarakat Sadari Literasi Keuangan di Era Digital

 

Peserta dan Narsum workshop literasi keuangan
Para peserta dan Narasumber Workshop Literasi Keuangan di Aula Perpustakaan Daerah Cilacap (Foto: KBSA)

Oleh: Gita FU

Cilacap, kopidarigita.com—Sobat, mungkin selama ini yang ada di benak sebagian besar kita mengenai keuangan, hanya terbatas pada alur kas masuk dan keluar. Namun ternyata jika dikaitkan dengan literasi, maka perkara uang bisa lebih kompleks daripada itu. 

Pengetahuan itulah yang saya dapatkan kala mengikuti Workshop Literasi Keuangan yang diselenggarakan di Aula Perpustakaan Daerah Cilacap pada Sabtu, 25 Oktober lalu. Acara ini merupakan kolaborasi sejumlah komunitas dan pegiat literasi di Cilacap, serta menghadirkan dua narasumber yaitu Nurul Mae, pegiat edukasi dan literasi, dan Arviant Enggar, pendiri Edufornia. 

Nurul Mae menyajikan materi berjudul “Manage Your Money” atau Aturlah Uangmu. Ia menyebutkan alasan mengapa uang perlu diatur, yakni membantu kita mencapai tujuan dalam hidup, serta mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa menggagalkan tujuan-tujuan tersebut. Di sinilah pentingnya memahami literasi keuangan, dan mengenal inklusi keuangan.

Pendiri Komunitas Belajar dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Semesta Alam ini, memaparkan pengertian literasi keuangan dan inklusi keuangan kepada puluhan peserta yang terdiri dari mahasiswa, ibu rumah tangga, dan masyarakat umum.

“Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan pengelolaan keuangan, guna mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat.”

“Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga produk dan layanan jasa keuangan, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat.”


Nurul Mae, pendiri KBSA, TBM Semesta Alam,
 Duta Literasi Keuangan OJK 2025 (Foto: GFU)

 

Nurul yang juga Duta Literasi Keuangan OJK 2025, serta Sobat Lik Jaka, ini menyebutkan tiga macam tujuan keuangan. Tujuan itu adalah jangka pendek (1-3 tahun), jangka menengah (3-5 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 5 tahun).

Selain mendapatkan sejumlah teori praktis, para peserta juga diajak mempraktikkan sejumlah tugas dengan cara membentuk kelompok diskusi. Hal ini menimbulkan keseruan tersendiri karena para peserta dari beragam latar belakang ini jadi saling mengenal. Nurul meminta mereka mendiskusikan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Kemudian peserta juga diajak mempraktikkan cara mengatur keuangan menggunakan persentase anggaran ideal. Topik ini pun menghadirkan kegembiraan karena tiap kelompok diberi modal dana yang nominalnya berbeda-beda, meskipun fiktif.

Belajar Jadi Kaya lewat Edufin


Arviant Enggar, pendiri Edufornia, saat memberi materi (foto: GFU)

Di sesi kedua materi diisi oleh Arviant Enggar, pendiri komunitas Edufornia. Ia mengajak para peserta belajar keuangan melalui permainan Edufin.

Permainan tersebut secara tak langsung menunjukkan bagaimana caranya seseorang menjadi kaya. Ada elemen uang masuk, pengeluaran rutin, tabungan, investasi, penghasilan pasif, dan pengeluaran tak terduga. Tujuan akhir permainan adalah status kebebasan finansial si pemain, di mana ia berhasil memiliki pendapatan pasif yang lebih besar dari pendapatan pokok. 

Enggar menyitir ilmu yang ia peroleh usai membaca buku karya Robert T. Kiyosaki berjudul “Rich Dad, Poor Dad”. Di mana dalam buku itu diterangkan perbedaan pola pikir (mindset) ayah miskin dan ayah kaya. Karena ternyata untuk mengubah diri kita menjadi orang kaya/berpenghasilan tinggi, pertama kali yang mesti diubah adalah pola pikir.

Kemudian ia menerangkan tentang empat kuadran dalam dunia keuangan yang sedikit banyak berpengaruh terhadap masa depan finansial kita. Empat kuadran tersebut adalah:

  1.  Employee (karyawan/pegawai); memiliki gaji bulanan tetap, jika tidak bekerja maka takada pemasukan. Contoh: PNS, guru, pegawai kantor
  2. Self-employee (pekerja mandiri); penghasilan tidak tetap, kerja sendiri tanpa bos, jika takada pekerjaan maka takada pemasukan. Contoh: editor lepas, kreator konten, desainer.
  3. Business owner (pemilik usaha); uang masukmeski tak bekerja, punya sistem dan tim yang mendukung pekerjaan. Contoh: pemilik waralaba, CEO startup.
  4. Investor (penanam modal); uangnya bekerja untuk si pemilik, memiiki asset yang memberi penghasilan pasif. Contoh: pemilik kos-kosan, investor saham.

Para peserta tampak antusias sepanjang pemaparan materi tersebut. Seperti yang disampaikan Nurul secara terpisah, ia berharap usai mengikuti workshop para peserta lebih sadar akan pentingnya literasi keuangan.


Baca juga: Kolaborasi KBSA dan KLC demi Memajukan  Literasi di Cilacap