Cari Blog Ini

Selasa, 19 Mei 2020

Ide Kegiatan #DiRumahSaja: Membuat Bunga dari Pita dan Sedotan Plastik

Bunga Pita. Dokpri.


Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Haeee Sobat! Saya datang lagi, niih. Kali ini sebagai penutup rangkaian #BPNRamadan30DayChallenge, saya ingin menuliskan tutorial sederhana: membuat bunga dari pita Jepang dan sedotan plastik. Tutorial ini sekaligus bisa kalian jadikan ide mengisi kegiatan selama #dirumahsaja. Biar nggak bosen, gitu.

Nah, sebelum kita membahas langkah-langkah, ini dia bahan-bahan yang kalian butuhkan:

  • Beberapa gulung pita Jepang aneka warna. Potong-potong sepanjang 15 cm;
  • Sedotan plastik warna-warni. Pilih yang biasa buat pop ice, jadi plastiknya lebih kukuh nggak gampang mleat-mleot;
  • Cutter;
  • Penggaris besi;
  • Selotip



Setelah itu mulailah bekerja dengan langkah-langkah sbb:

  1. Satukan 5 lembar pita Jepang yang sudah dipotong, menggunakan stapler. Setelah itu bagian tengahnya digurat-gurat tipis, jangan sampai putus;
  2. Ambil selembar pita, lingkarkan bagian bawahnya mengelilingi ujung sedotan. Kemudian beri selotip;
  3. Tarik bagian pita yang masih tegak, ke badan sedotan. Buang kelebihan pita. Beri selotip;
  4. Cobalah dites. Jika  pita bagian pangkal bawah dapat didorong hingga ke pangkal atas sedotan, lalu bisa diputar membentuk kelopak bunga, itu tandanya sudah jadi.
  5. Siap dimainkan/dipajang di vas bunga/ dijual.

Ini dia hasil jadinya. Apik, kan? | Dokpri.

Hanna bahkan sempat menjual bunga ini ke kawan-kawan di sekitar rumah. Ia dan teman-temannya memberi nama: tongkat bunga. Selama beberapa waktu yang lalu, tiap pagi ada saja anak-anak yang datang minta dibuatkan. Mereka lalu membayar 1000 perak pada Hanna. 😁
Lumayan buat uang jajannya.




Gampil, kan? Semoga bermanfaat. Salam. (*)

Cilacap, 190520

#Day30
#BPNRamadan2020

Melatih Empati Anak-anak Terhadap Binatang




Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya amat bersyukur saat ini tinggal di rumah yang memiliki pekarangan belakang cukup luas. Sehingga kami bisa memanfaatkannya untuk menanam aneka tanaman, mulai dari toga, pohon alpukat, hingga beberapa jenis  tanaman konsumsi.

Selain aneka tumbuhan, pekarangan belakang kami pun menjadi tempat tinggal atau sekadar mampir sejumlah binatang. Sebut saja: burung emprit, burung dara, tawon, kupu-kupu, kepik, bunglon, kadal, bekicot, sirpoh, belalang, laba-laba, kelabang, lipan, tikus, kecoa, kucing, hingga semut.
Mirip kebun binatang, deh. 😆

Anak-anak kami biasa bermain di sini. Entah sekadar main panjat pohon, main tambang pasir, hingga gelar tikar lalu piknik-piknikan. Terkadang di waktu tertentu kami serumah kerja bakti sesuai kemampuan masing-masing, membersihkan pekarangan belakang.

Pada momen bermain atau bekerja inilah anak-anak berkesempatan berinteraksi dengan para binatang. Kami pun bisa mengajari mereka berbagai hal tentang binatang tersebut; misal: karakteristik, makanan, tempat hidup, jenis hama atau bukan.

Anak belalang sembah. Dokpri.

Bunglon di pohon alpukat. Dokpri.

Melalui para binatang ini juga kami melatih empati anak-anak. Binatang sebagai makhluk Allah, memerlukan perhatian dan kasih sayang kita. Kita tidak boleh berbuat sewenang-wenang, menyiksa, atau merampas hak hidup mereka; terkecuali binatang tertentu yang membahayakan keselamatan manusia.

Suatu kali si sulung Farhan menemukan bayi burung, di salah satu tumpukan terpal tak terpakai di halaman belakang. Ia lalu melaporkan pada saya dan si Abi. Adik-adiknya antusias ikut menonton. Setelah kami periksa bersama, rupanya bayi burung itu entah bagaimana terjatuh dari sarang. Kasihan sekali.

Si Abi lalu menyuruh saya membuatkan sarang buatan. Bayi itu kami letakkan di dalam piti (wadah nasi) plastik, yang dialasi kain. Setelah itu ia kami beri makanan berupa tepung beras yang diencerkan sedikit, serta air minum.

Bayi burung disuapi menggunakan potongan kayu tipis. Dokpri.

Pengalaman ini sungguh berharga. Anak-anak kami melihat  dan memperhatikan sendiri semua prosesnya. Meskipun pada akhirnya si bayi burung tak bertahan hidup lama. Paling tidak kami telah berusaha menyelamatkannya. Dan mudah-mudahan anak-anak kami tumbuh dengan rasa empati yang tinggi terhadap binatang.

Demikianlah cerita Ramadhan kami.
Semoga bermanfaat. (*)

Cilacap, 18-190520

#Day29
#BPNRamadan2020

Minggu, 17 Mei 2020

Sebelum Ramadhan Ini Berakhir





Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kita telah berada di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Itu berarti sebentar lagi kita akan ditinggalkan bulan mulia ini, kembali pada rutinitas biasanya. Sedih? Tentu. Tetapi Allah dengan segala kasih sayang-Nya kepada umat Nabi Muhammad, menjanjikan satu  bonus istimewa. Ialah malam Lailatul Qadar.

Malam ini mempunyai banyak keberatan dan kebaikan. Dalam ayat suci Al-Quran disebutkan bahwa ia lebih utama daripada seribu bulan; atau setara 83 tahun 4 bulan. Bayangkan berapa banyak pahala yang bisa diraih seseorang jika dia beribadah terus-menerus selama itu. Namun waktu sepanjang itu Allah ringkas bagi kita menjadi hanya satu malam saja. Betapa beruntungnya umat Nabi Muhammad!

Diriwayatkan dari Anas r.a., dia berkata, "Ketika Ramadhan telah masuk maka Rasulullah s.a.w. bersabda, 'Sesungguhnya bulan ini telah datang kepadamu, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang tidak mendapatkannya, sesungguhnya ia terhalang dari mendapatkan kebaikan seluruhnya dan tidaklah terhalang untuk mendapatkan kebaikan melainkan orang yang sial.'" (H.R Ibnu Majah).

Kapankah malam Lailatul Qadar tiba?


Di beberapa hadits diterangkan, bahwasannya Rasulullah s.a.w. menyebutkan kedatangan Lailatul Qadar ialah pada satu malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Apa yang seharusnya kita perbuat pada malam itu?


Perbanyak beribadah. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya i'tikaf di masjid bisa dilakukan guna menggiatkan amalan di sepuluh malam terakhir, maka tahun ini kita melakukannya di rumah masing-masing. Bacalah Al-Quran, berzikir sebanyak-banyaknya, dan berdoa memohon ampunan Allah serta doa-doa lainnya.

Ada satu doa utama yang diajarkan Rasulullah s.a.w.: 

Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii 
 
Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Ampunan dan Maha Pemurah, Engkau senang memberikan ampunan, maka ampunilah aku
 
(H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)."

( sumber : diaryummiadah19nk.blogspot.com)


Demikianlah yang bisa kita lakukan sebelum Ramadhan ini benar-benar berakhir. Semoga Allah dengan limpahan kasih sayang-Nya, berkenan meridhoi, serta mengampuni dosa-dosa kita. Dan semoga kita masih bersua dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin. (*)

Cilacap, 170520

#Day28
#BPNRamadan2020

Tips Berhemat Kala Lebaran Ala Saya



Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Manusia dikaruniai kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan, seekstrem apa pun. Nggak percaya? Coba tengok ke kutub Utara yang penuh es, atau gurun pasir yang gersang, atau ke pulau-pulau terpencil di tengah laut, ada saja sekelompok orang yang memilih tinggal dan mampu bertahan hidup di sana, bukan?

Termasuk kondisi serba kurang menjelang lebaran kali ini. Meskipun terasa susah, tapi kita pasti bisa menyiasatinya, dengan berhemat misalnya.

Idih, tiap hari juga udah berhemat, kurang apa lagi coba? Kurang ajar, Eh. Nggak, ding. 😆 Ini berhemat khusus  saat lebaran, kok. Coba yuk, disimak.

1. Gunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar rumah, untuk membuat masakan spesial lebaran


Lebaran kali ini lupakan dulu segala yang berdaging. Bikin yang nggak biasa aja.  Di belakang rumah saya banyak ditanam lumbu kobis, tiungke (singkong),  pepaya, lumbu bisono, kemangi, kenikir, bayam. 




Semua bahan tersebut bisa diolah menjadi macam-macam menu seperti:  oseng lumbu kobis, kluban daun singkong+pepaya, lodeh daun singkong, oseng daun pepaya, sambal lalap kemangi dan kenikir, peyek bayam, Bisono rebus. Anti mainstream, sehat, dan hemat.

2. Beli yang memang dibutuhkan, tunda dulu yang diinginkan


Kalimatnya belibet nggak? Nggak, ya. Udah jelas maksudnya. Bahwa kita kudu bijak memilah mana kebutuhan mana keinginan, supaya uang yang dikeluarkan nggak boros.

3. Tutup mata dan telinga dari iklan


Terkadang hati kita sudah mantap beli hanya barang A, ehh, gara-gara iklan keputusan berubah malah jadi beli barang B. Otomatis anggaran ikut berubah. Makanya, kalau kita ingin berhemat, sementara waktu hindari cuci mata, ya.

Itulah 3 tips berhemat ala saya. Semoga bermanfaat. Salam. (*)

Cilacap, 16-170520

#Day27
#BPNRamadan2020

Sabtu, 16 Mei 2020

Cilacap, Home Sweet Home



Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Sudah jelas lebaran kali ini nggak ada acara mudik. Yang artinya keluarga kami nggak kumpul-kumpul bareng adik-adik, dan bapak saya di Patikraja. Kami pun menghapus agenda keliling rumah saudara di Purwokerto. Babai pula acara jalan-jalan menikmati wisata di kota pelajar itu. Yamogimanalagi, ya, kan? Kewajiban kita mematuhi himbauan positif dari pemerintah.

Jadi daripada terus gabut nggak jelas, kini program lebaran saya dan keluarga ialah: Cilacap, Home Sweet Home. 😁
Yak, Cilacap akan jadi rumah tunggal kami. Yeaaayyyy!

Foto: GPS tracker.

Sebenarnya, sih, bicara silaturahmi keluarga, di kota ini banyak kaum kerabat dari pihak si Abi, termasuk bapak mertua saya. Mungkin nantinya kami bakalan mengunjungi beliau, termasuk beberapa kerabat terdekat. Toh, mereka semua tinggal di wilayah kota, nggak pake mblusuk ke pinggir wilayah Cilacap (nan luas ini).

Umpama kemungkinan tersebut di atas terlaksana, tentu kami tetap mengikuti beberapa protokol kesehatan; pakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air sering-sering, dan tidak salaman sembarangan. Plus bepergian tidak dalam jangka waktu terlalu lama. Ya, seperti itu gambarannya.

Baiklah, rencana sudah dibuat. Sekarang saatnya saya kembali konsen mengisi hari-hari Ramadhan, yang hampir berakhir ini.

Bye, Sobat. (*)

Cilacap, 15-160520


#Day26
#BPNRamadan2020