Cari Blog Ini

Kamis, 23 November 2023

Melongok Kejayaan Cilacap Tempo Doeloe Melalui Film 'Pantjak'

 

Poster Film Pantjak
Poster Film Pantjak di Dakota Cinema Cilacap. Foto: GFU


Oleh: Gita FU


Halo Sobat kopidarigita! Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat, dan bahagia, ya.

Hari Rabu, 22 November 2023 sore, saya dan beberapa teman Forum Literasi Cilacap  menghadiri undangan Nobar Film 'Pantjak', di Dakota Cinema  Cilacap. 'Pantjak' sendiri merupakan akronim Panca Tjakrawedana. Film ini dibesut oleh Cilacap Kreatif, sebuah komunitas yang diketuai oleh Romi Jabrand dan mewadahi komunitas-komunitas anak muda kreatif di Cilacap.

Saya datang pukul 15.30 WIB, disambut oleh panitia yang mengarahkan ke meja registrasi. Usai membubuhkan tanda tangan di lembar kehadiran, saya diberi secarik stick-it note dan sebatang spidol. Kata Mbak Nurul, salah satu panitia, itu untuk  menuliskan harapan saya terhadap kota Cilacap. Saya pun ditunjuki papan tempat menempelkan kertas, di dekat pintu masuk Studio 2.

Sambil menunggu teman saya Bu Yetti As Sofie, saya duduk melipir di salah satu kursi besi di ruang tunggu. Ada poster promo sebesar dinding dari film Perjamuan Iblis. Waktu beranjak menuju pukul 16, semakin banyak tamu undangan Nobar berdatangan. Salah satunya saya kenali, dia Mas Riyadh Ginanjar, Ketua Komunitas Tjilajap History. Kami lalu mengobrol sejenak, hingga Bu Yetti datang.

Tak lama berselang para tamu dipersilakan memasuki Studio 2. Waktunya menonton Film Pantjak...

'Pantjak': Nostalgia Kejayaan Masa Lalu

Foto bareng tim dan penonton
Tim Produksi Film bersama para penonton. Foto: GFU


Film  dokumenter ini disutradarai  oleh Dismas Panglipur. Penulis naskah dan astrada dijabat oleh Olyvia Jasso. Sementara Romi Angger Hidayat a.k.a Romi Jabrand, bertindak sebagai produser. Sejumlah tokoh menjadi lakon yang bercerita dalam film yang dibagi menjadi   5 (lima) bab: Veteran, Unit Berjaya, Keluarga, Tjilatjap Kreatif, dan Panca Tjakrawedana.

Fokus film ada pada sebuah gedung megah di Jalan Pemintalan - Jalan Kendil Wesi, Cilacap, yakni Pabrik Pemintalan Tjilatjap. Pabrik ini beroperasi mulai tahun 1956, sebagai pabrik besar  pertama di Cilacap setelah penyerangan Jepang tahun 1942.

Timeline Pantjak
Timeline dalam film Pantjak. Foto : GFU



NV. Pemintalan Kapas Cilacap tercatat sebagai pihak penggagas pendirian pabrik ini. Selanjutnya Pabrik Pemintalan Tjilatjap berkembang pesat, bahkan menjadi salah satu pabrik textil terbesar di Asia Tenggara. Kesejahteraan para karyawan amat terjamin kala itu. Sampai pada masa orba namanya berubah menjadi PT. Industri Sandang Nusantara II (Unit Patal Cilacap).

Masa-masa keemasan Patal Cilacap tersebut bisa kita ikuti lewat penuturan tiga orang veteran atau mantan karyawan. Diselingi foto-foto, serta video kompleks gedung megah itu. Saya cukup terpukau dibuatnya. Bayangkan, sebuah kompleks pabrik yang dilengkapi perumahan, lapangan olahraga, klinik kesehatan, aula luas, dan  kendaraan antar jemput karyawan. Selain itu interior dan eksterior gedung pun kokoh, apik, khas bangunan peninggalan Belanda. 

Foto Patal Cilacap
Dokumentasi Pabrik Pemintalan Cilacap. Foto: flyer timpro/GFU



Intinya, pabrik ini pada masanya telah membuat Cilacap terkenal hingga ke luar negeri. Wow, banget, kan?


Sayangnya, seperti semua kisah masa lalu, kejayaan itu seolah terlupakan oleh generasi masa kini. Anak muda Cilacap seolah tak punya ingatan bahwa mereka punya hal yang pantas dibanggakan. Bahkan kebanyakan anak muda sekarang sibuk mencari panutan dari luar daerah Cilacap. Kreativitas menjadi tumpul di dalam.

Upaya Menghidupkan Semangat Kreatif


Konon, manusia kreatif itu mampu memikirkan solusi bagi masalah yang menimpanya, aktif berdaya upaya, tidak pasif maupun pasrah begitu saja menerima keadaan. Mereka ini diharapkan bisa menjadi suar bagi sekitar, dengan menciptakan ekosistem kreatif.

Kegiatan Coding for kids di Peken Banyumasan Tjilatjap. Foto: IG cilacap.kreatif



Menurut Romi Jabran dalam bincang-bincang usai pemutaran film, itulah tujuan Pantjak. "Sebagai penghubung ekosistem kreatif di Cilacap," tuturnya.

Pria muda berambut gondrong ini  melihat Gedung Patal sebagai wajah Cilacap di dunia. "Saat itu terkenal hingga Asia Tenggara. Jadi (film) ini sbg pemantiknya."

Sementara Riyadh Ginanjar  dari Tjilatjap History menyebut alasannya memilih Pabrik Pemintalan adalah karena sejarah panjang dari  masa  jaya hingga bangkrut. 

"Masyarakat harus tahu. Waktu itu terbesar di Asia Tenggara. Kita berharap gedung pemintalan menjadi gedung sejarah Cilacap," ucapnya.

Apalagi, menurut Riyadh, dahulu Presiden Sukarno merestui pembangunan Pabrik Pemintalan Tjilatjap dengan semangat tak mau kalah dari Italia sebagai negara maju kala itu.


Kolaborasi Lintas Komunitas 


Dismas Panglipur selaku sutradara punya pendapat berbeda mengenai Pabrik  Pemintalan Tjilatjap. Demi mengetahui sejarahnya yang panjang membuat anak muda ini ingin menuangkan ke dalam bentuk visual.

"Saya berharap ruangan Patal bisa diaktivasi untuk kegiatan publik," ujarnya.

Senada dengan Dismas, Olyvia sang penulis naskah merasa terpukau dengan sejarah Pemintalan. Sehingga dia ingin menceritakan sejarah tersebut dari pelakunya sendiri.

Salah satu pegiat komunitas yang aktif berkolaborasi dalam kegiatan Cilacap Kreatif  yakni Nurul Mae, dari Komunitas Belajar Semesta Alam, mengatakan alasannya bergabung.

"Komunitas saya menyoroti kearifan lokal. Sehingga saya masuk sebagai talent dan mengadakan kegiatan komunitas di Patal," sebutnya.

Kolaborasi komunitas. Dok : IG cilacap.kreatif


Dampak dari kegiatan tersebut  menurut Nurul ada dua yaitu internal dan eksternal. "Secara internal, karena di Peken Banyumasan Tjilatjap adalah kolab lintas komunitas  maka saya merasa lebih rendah hati, belajar menghargai orang lain, dan berempati. Eksternalnya, peserta Dolan Bareng merasa amat antusias mengikuti (Dolan Bareng) di Patal," simpulnya.


Usai bincang-bincang, panitia mengajak penonton yang nyaris memenuhi Studio 2, untuk berfoto dan ber-flash mob bersama. Kabar selanjutnya dari Romi Jabrand, film Pantjak bulan depan akan diputar di Rajawali Cinema Purwokerto, serta diikutkan festival film.

"Dan kegiatan rutin Peken Tjilatjapan mulai bulan depan di  Pabrik Pemintalan Cilacap," pungkas Romi.


Begitulah oleh-oleh dari Nobar Film Pantjak, Sob. Bagaimana pendapat kalian? Kalo menurut saya, ekosistem kreatif perlu kerjasama dan komitmen lintas sektor. Tidak hanya dari pelaku, tapi juga pemangku kepentingan, stakeholders terkait, dan masyarakat luas. Oh iya, kalian bisa mencari tahu lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan tersebut di atas melalui akun IG: @cilacap.kreatif  @pekentjilatjapan @tjilatjaphistory 





Minggu, 19 November 2023

Staycation Nyaman di Hotel Dafam Cilacap

 
Lobi Hotel Dafam Cilacap
Lobi Hotel Dafam Cilacap. Foto: GFU


Oleh: Gita FU


Halo, Sobat kopidarigita! Apa kabar? Semoga kalian selalu dalam kondisi terbaik, dan bahagia, ya. 

Awal bulan September lalu tulisanku meraih juara kedua pada Lomba Artikel Blog Dafam Cilacap & @Cilacap_Kekinian. Sebagai reward-nya aku mendapatkan voucher menginap di Deluxe Pool View untuk satu malam plus voucher makan di Restoran Canting.  Alhamdulillah, senang dan bersyukur, dong pastinya. Selain itu semangat menulisku jadi tetap menyala. Terima kasih Dafam Cilacap.


Sertifikat Juara 2 dan Hadiahnya. Foto: GFU


Hanya saja karena aneka kesibukan dan ujian hidup (ceileee, paansiy!) kesempatan menggunakan hadiah itu baru bisa kesampaian hari Sabtu (18/11/2023). Hikmahnya ada: aku bisa mengajak Farhan, Hanna, dan Hanif, alias trio Han buat menikmati wiken. Suamiku jaga gawang, eh, rumah bersama Simbah. ^^

Kami berangkat jam 2 siang sesuai waktu check in. Mbak resepsionis yang ramah dan baik hati menyambut dengan full senyum. Kami diberi kamar nomor 121, dan sesuai tipe tentu saja letaknya berhadapan dengan kolam renang. Wah, Hanna dan Hanif girang banget liat air. Kalo si Farhan, mah, awalnya jaim. Ujung-ujungnya ya nyebur  juga. 

Baca juga: Mengulik Keunikan Cilacap

Kondisi Kamar

Aku ingin kasih gambaran dulu nih, tentang kamar Deluxe Pool View.


Kolam renang yang berada di luar kamar Deluxe Pool View. Foto: GFU

Selain berhadapan dengan kolam renang, kamar ini lumayan luas. Di dalamnya ada doble bed yang muat untuk kami berempat. Di samping kanan kiri bed ada meja kecil dengan colokan listrik. Di sudut kiri ada meja kerja nyaman, yang di atasnya terdapat pemanas air untuk bikin teh/kopi plus air mineral. 

Meja kerja di sudut sebelah kiri kamar. Foto: GFU



Kamar mandi dengan shower air panas/dingin, wastafel plus  toiletris, dan kloset duduk. Di luar kamar mandi ada cermin, lemari baju kecil, dan sejumlah hanger baju. Masih tersisa space yang lega untuk sholat di dalam kamar.

Kamar ini juga dilengkapi dengan LED TV, AC, pesawat telepon indoor, dan koneksi Wifi yang lancar jaya. Oh iya, interiornya simpel, dan homey. Pokoknya nyamanlah buat beristirahat.

Double bed yang cukup lega. Foto: GFU


Kolam Renang  

Setelah sholat Ashar barulah anak-anak kuizinkan berenang. Ada 2 kolam dengan kedalaman berbeda: 90 dan 125 cm. Suhu air juga berbeda. Kolam 90 cm terasa lebih dingin dibandingkan kolam 125 cm. Wajar, sih. Sebab kolam yang dangkal letaknya seolah tersembunyi, diapit oleh dinding-dinding alam buatan ala tebing air terjun. Sedangkan kolam satunya menempati area yang terpapar sinar matahari.

Btw, Hanif malah lebih suka yang dingin. Padahal aku menggigil di situ. ^^


Kolam dangkal nan sejuk. Foto: GFU

Oh iya, pihak manajemen hotel sudah memasang pemberitahuan tertulis bahwasannya mereka tidak menyediakan lifeguard. Sehingga tamu hotel maupun pengunjung yang ingin berenang wajib menjaga keselamatan diri sendiri. Menurutku tidak masalah, sih. Toh, area kolam tidak terlalu besar.

Kami tidak sendirian Sabtu sore itu. Sudah ada tamu lain yang sama-sama membawa anak kecil tengah asyik berenang. Tentu saja itu bukan masalah. Anak-anak tetap hepi berenang dan bermain air. ^^ Berenang sesi kedua kami lakukan Minggu pagi setelah sarapan.


Cafe Teras

Malam minggu hujan turun deras. Hanif tidur awal setelah kecapekan berenang. Aku dan Hanna memanfaatkan kesempatan untuk pergi ke Cafe Teras. Sementara Farhan setuju menunggui adiknya. Tujuanku ke Cafe Teras tentu saja mencoba menu Nasi Balap Mak Sanggul, dan ngopi di Kopi Salem.^^

Wow, rekomendasi Mbak Lina Sophy memang tepat! Rasa menu Nasi Balap memang enak. Aku memesan Nasi Balap Polos seharga 7 ribu, untuk Hanna Nasi Balap Ayam Suwir seharga 12 ribu. Seporsi itu saja beneran  bikin  kenyang! Hanya saja Hanna sedikit nggak tahan dengan rasa pedas sambalnya. Hehe. 


Penampakan Cafe Teras. Foto: GFU


Kopi Salem-nya juga enak. Aku memesan Kopi Hitam seharga 5 ribu. Kemudian Farhan yang datang belakangan memesan Espresso-nya, dengan harga 18 ribu. Enak, tidak terlalu pahit. 

Aku juga sempat bertemu Mas Riyadh Ginanjar di stand Kopi Salem. Kami mengobrol lumayan banyak, tentang Cilacap, sejarah,dan lain-lain.Sayang, obrolan tak bisa berlangsung lama karena hujan kian deras, dan aku  khawatir Hanif terbangun.


Sarapan di Restoran Canting

Paginya kami berempat  sarapan di Restoran Canting. Karena masih awal  belum banyak tamu hotel yang datang. Pilihan menunya variatif. Untuk minuman tersedia: air mineral, jus  buah, infused water, susu, kopi, teh. Makanannya terdiri dari: sereal, buah potong, salad sayur, Nasi Goreng Rendang, nasi putih beserta sayur dan lauk, aneka kue dan cemilan tradisional. 

Anak-anak amat bersemangat mencoba menu. Hanna dan    Hanif sepakat memilih sereal dan susu, buah potong, jus buah. Sementara aku dan Farhan mencoba Nasi Goreng Rendang, buah potong, jus buah, dan kopi. 

Memang tidak salah, sih. Rasa makanan di Dafam Cilacap memang enak!


Menu sarapan di Restoran Canting. Foto: GFU

Akhir kata, cuma satu kata yang pas untuk menggambarkan pengalaman staycation kami di Hotel Dafam Cilacap: Nyaman. Cocok untuk berlibur bareng keluarga, atau untuk persinggahan bisnis. Pilihan kamar  pun beragam dengan rate berbeda. Fyi, untuk Deluxr Pool View sendiri tarifnya 450 ribu per malam termasuk sarapan untuk 2 orang, ya. 

Info lebih lanjut tentang Hotel Dafam Cilacap bisa sobat peroleh di sini. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya, Sobat! Terima kasih. 




  

Sabtu, 02 September 2023

Memaknai Tragedi Kecantikan dalam Film 'Susuk: Kutukan Kecantikan'

 

Ofisial poster film Susuk
Poster Resmi Film Susuk


Oleh: Gita FU


Isu kecantikan bagi kaum perempuan memang tak lekang oleh zaman. Hanya standarnya saja yang berbeda-beda,  mengikuti tren yang berlaku. Misalkan ketika demam budaya Korea tengah marak di negeri kita, maka standar cantik itu berupa kulit wajah mulus, bersinar, dengan tubuh ramping. Maka tak heran banyak kaum perempuan berlomba-lomba mengikuti pakem ini, dengan bantuan produk-produk kecantikan dan kosmetik tertentu. 


Kenapa demikian? Karena (konon) menjadi cantik itu berarti punya privilese tersendiri. Namun benarkah? 


Film horor terbaru dari Visinema Picture berjudul 'Susuk: Kutukan Kecantikan', tampaknya mencoba memberikan jawaban lain dari pertanyaan di atas. Sutradara  Ginanti Rona menerjemahkan ide cerita dan skenario dari Husein M. Atmodjo tentang perempuan  bernama Laras (Hana Malasan), yang mengalami tragedi akibat keinginannya untuk selalu tampil cantik dengan jalan yang salah. 

Suatu malam ia jatuh dari gedung bertingkat setelah dicelakai seseorang. Seharusnya Laras meninggal dengan luka sefatal itu. Namun sesuatu mencegahnya mati. Pihak medis tak bisa berbuat apa-apa menghadapi fenomena ganjil tersebut. 

Lalu adiknya, Ayu (Ersya Aurelia), dibantu seorang teman Laras, Arman (Jourdy Pranata), memutuskan mencari pengobatan alternatif di kampung halaman mereka yang terpencil.  Di rumah masa kecil kakak beradik tersebut, rahasia kelam pun menampakkan diri.

Ternyata Laras menanam banyak susuk di tubuhnya, sebagai ganjaran bagi kecantikan dan pesona raganya. Malang, puluhan susuk itu pula yang membuat tubuh Laras tersiksa. 
Pelbagai cara ditempuh Ayu, dan Arman demi memulihkan kondisi Laras. Termasuk meminta bantuan dukun muda bernama Prasetyo (Muhammad Khan). Mereka berkejaran dengan teror dari dunia gaib hingga preman. Berhasilkah? 


Perspektif tentang Kecantikan 


M. Khan, Ersya, Jourdy
Ki-ka: M. Khan, Ersya Aurelia, Jourdy Pranata. Foto: GFU 


Saya berkesempatan berjumpa langsung dengan tiga pemeran utama film, pada acara Roadshow Cinema Visit di Dakota Cinema Kroya, Cilacap, Sabtu (2/9/2023) siang. Film yang rilis serentak di bioskop tanah air  Kamis (31/8/2023) lalu ini, diketahui meraih lebih dari 50.000 penonton di hari perdana. 

Ketika ditanya pendapatnya tentang kecantikan, Jourdy Pranata menjawab bahwa cantik tidak melulu perkara fisik.

"Buat aku dari dalam sih, kayak bagaimana dia merespon orang lain, bagaimana dia meng-handle sekitarnya," urainya usai jam pemutaran pertama. 

"Aku, tuh, melihat perempuan yang cantik tuh, yang nggak ribet, yang nggak tahu kalau itu sebetulnya cantik. Jadi kayak itu dia semakin cantik," imbuh pemuda berkulit putih ini. 

Sementara menurut Ersya Aurelia yang akrab disapa Echa oleh sesama pemeran film ini,  kecantikan justru lebih bagus yang terpancar dari hati (inner beauty). 

"Kecantikan yang sesungguhnya, tuh, kecantikan hati, ya. Jadi kalau misalnya ketemu sama orang dan, maksudnya aku juga pernah gitu posisi mengidolakan orang perempuan gitu, misalnya tapi ternyata ketika aku tahu kelakuannya atau hatinya enggak sesuai dengan paras atau fisiknya gitu langsung ngerasa illfeel," jelas gadis berhidung bangir ini.

Muhammad Khan punya pendapat sedikit berbeda. Menurut pemuda berambut ikal ini, cantik dan atraktif adalah dua hal yang saling terkait. 

"Menurut aku cantik itu ketika aku ngelihat si orang ini dia punya kemampuan public speaking yang bagus, dan attitude yang bagus. Dua itu selalu jadi, karena kadang masih nggak bisa dipungkiri ya kalau ngomong secara fisik, sih lebih suka yang rambutnya panjang yang kecil gitu, yang suaranya lembut. Tapi kadang-kadang kalau udah diajak ngobrol kalau enggak punya public speaking yang bagus dan enggak oke itu kayak, cantik yang dari luar jadi hilang. Kayak luntur, gitu. Aduh udah nggak cantik lagi. Jadi mungkin cantik dan atraktif kayak ada saling berkaitan," ungkapnya panjang lebar. 


Kesan Usai Menonton


Pemutaran Film Susuk
Tiga pemeran menyapa penonton di Dakota Cinema Kroya. Foto: GFU


Film 'Susuk: Kutukan Pengantin' ini mengangkat tema yang tak usang. Alur cerita lumayan menurut saya. Unsur drama, gore, aksi, dan komedi juga berimbang. Musik latar termasuk standar  (jumpscare, suara guruh), begitu pula tone suram yang mewarnai sepanjang durasi. Namun visualisasi kengeriannya apik. 

Saya pribadi menyukai akting Muhammad Khan sebagai Prasetyo, dan Elang El Gibran selaku Seno sang preman kampung. Mereka berbakat dan mencuri perhatian. Tanpa menafikan pemeran utama lain. 


Film ini layak diapresiasi oleh penonton Indonesia. 




Minggu, 13 Agustus 2023

MENGULIK KEUNIKAN CILACAP

 Oleh: Gita Fetty Utami


sumber: portalpurwokerto.pikiran-rakyat.com/

 

Cilacap sebagai sebuah wilayah di Jawa Tengah punya sejarah panjang, terentang semenjak zaman Jawa Kuno. Hal ini bisa diketahui melalui penemuan sebuah prasasti di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kesugihan, Cilacap, pada tahun 1976. ‘Prasasti yang diberi nama Luitan ini memuat tulisan sepanjang tiga belas baris, di atas lempeng tembaga, beraksara Jawa kuna, dan bertarikh 823 Saka atau 901 Masehi. Kini prasasti ini tersimpan di Museum Ronggowarsito, Semarang.

Setelah diteliti dan diterjemahkan, isi prasasti memuat penyelesaian persoalan pajak tanah di era Kerajaan Mataram Kuno. Disebutkan bahwa penduduk Desa Luitan wilayah Kapung, kala itu mengadukan perihal ketidaksanggupan membayar pajak yang ditetapkan oleh petugas pajak kerajaan. Hal tersebut terjadi karena ada ketidaksesuaian antara alat ukur yang dipakai oleh petugas, dengan pengukur standar di masyarakat. Setelah diukur ulang terungkaplah penyelewengan yang dilakukan oleh petugas korup. Dan masalah tersebut segera diselesaikan oleh pejabat kerajaan secara adil.


Dari prasasti tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa wilayah Cilacap telah berpenduduk dan mengikuti sistem pemerintahan. Meskipun amat disayangkan, selain Prasasti Luitan belum terungkap lagi sejarah lain. Hingga era penjajahan Belanda tiba barulah kita bisa mengikuti kembali latar sejarah Cilacap.

Generasi masa kini mendapati bahwa Kabupaten Cilacap terbentuk di masa pemerintahan Hindia Belanda.  Melalui  besluit Gubernur Jendral tanggal   21 Maret 1856 Nomor 21 ditetapkan Onder Regentschap Cilacap, menjadi Regentschap (Kabupaten) Cilacap.  Demikianlah tata kelola pemerintah daerah terbentuk, melewati masa kolonial, era perjuangan, hingga Indonesia merdeka.


Cilacap Unik

Berbagai peristiwa serta perjalanan usia yang telah dilalui menjadikan Cilacap sebagai wilayah dengan keunikan tersendiri. Pertama, Kabupaten Cilacap adalah kabupaten terluas di Provinsi Jawa Tengah. Luasnya  225.360, 840 Ha/2.252 Km2. Terdapat 24 kecamatan, 269 desa, dan 15 kelurahan di Cilacap. Wilayahnya berada di pinggir selatan Jawa, sehingga berbatasan langsung dengan Samudera India. Otomatis  jaraknya ke ibukota provinsi menjadi yang paling jauh.

Kabupaten Cilacap berbatasan dengan Jawa Barat di sebelah baratnya (Kecamatan Dayeuhluhur), sebelah utaranya berbatasan dengan Banyumas (Kecamatan Sampang). Selain wilayah daratan Cilacap juga memiliki wilayah perairan, yakni Kecamatan Kampung Laut, dan  Pulau Nusakambangan. Kemudian beberapa sungai baik besar maupun kecil, turut mewarnai kekayaan bentang alam Cilacap.

Keunikan lainnya ada pada dua bahasa daerah yang umum digunakan masyarakat sehari-hari.  Yaitu bahasa Jawa dialek Sunda bagi  penduduk di wilayah perbatasan Jawa Barat (Dayeuhluhur, Majenang, Cimanggu, Wanareja); dan bahasa Jawa Banyumasan ngapak yang condong ke dialek Tegal, bagi penduduk di wilayah lain. Adapun masyarakat di  Kota Cilacap lebih banyak berbahasa Indonesia dikarenakan banyaknya pendatang dari luar daerah.

Cilacap juga dikenal sebagai kota industri. Sebut saja: Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit (RU) IV, PLTU Karangkandri, PLTU Bunton, Pabrik Semen Holcim, Pabrik Gula Rafinasi, dan pengolahan ikan. Bahkan kilang minyak yang berada di Cilacap ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 348.000 barel minyak.

Selain itu, Cilacap memiliki pelabuhan alam Tanjung Intan, di bawah pengelolaan Pelindo III. Ada pula bandara Tunggul Wulung yang, meski kecil, dapat melayani transportasi udara. Dan jangan lupa, penjara berkeamanan maksimum ada di Pulau Nusakambangan, Cilacap. Adakah kabupaten lain yang selengkap ini?

 

Potensi Wisata Cilacap 

Cilacap yang unik tentu saja punya banyak potensi wisata yang bisa dieksplorasi. Pertama, wisata alam berupa pantai. Pengunjung bisa mendatangi Pantai Teluk Penyu, Pantai Kemiren, Pantai Sodong, Pantai Widara Payung, Pantai Pasir Putih, Pantai Permisan, dan Segara Anakan.


Pantai Teluk Penyu. @cilacap_kekinian

 

Kedua, wisata sejarah. Banyak obyek peninggalan Belanda yang hingga kini masih bisa kita lihat wujudnya. Misalkan: Benteng Pendem, Benteng Karangbolong (di Pulau Nusakambangan), Stasiun Kereta Api Kota, Jembatan Kali Yasa, kompleks Kerkop (pemakaman Belanda), bekas Kantor asisten Residen (sekarang menjadi kantor Disporapar). Ada pula Klenteng Lam Tjeng Kiong, klenteng berusia ratusan tahun yang terletak di jalan RE Martadinata, Cilacap. 

Ketiga, wisata kekinian. Sejumlah tempat dibangun oleh pelaku industri wisata sebagai tempat rekreasi keluarga, dan pusat kuliner. Tempat-tempat ini menyasar generasi muda Cilacap, terutama mereka yang tak lepas dari gawai dan media sosial. Misalnya: Kemit Forest, Havana Hills, Pusat Kuliner Rinjani,  Wisata Bahari Malam Kutawaru, Wisata Kampung Laut, dan lain-lain. Kita bisa mengakses informasi tempat wisata semacam ini melalui akun media sosial @Cilacap_Kekinian di Instagram, lalu membagikan ke teman-teman.


salah satu informasi wisata.

Semua potensi wisata tersebut di atas jika dikelola sungguh-sungguh tentu dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Cilacap sendiri.

 

Dukungan Hotel Dafam Cilacap

 

Lobi depan Dafam Cilacap. Sumber foto: GitaFU

Pelancong yang menyengaja datang dari luar kota pasti membutuhkan tempat menginap. Akan lebih baik lagi jika penginapan tersebut punya misi mendukung eksplorasi wisata di Cilacap.  Contohnya Hotel DafamCilacap.

 

Hotel kategori bintang tiga ini telah berdiri cukup lama di Cilacap, yakni sejak 12 Agustus 2011. Lokasinya dekat dengan pusat pemerintahan/kawasan alun-alun, tepatnya di Jalan DR. Wahidin No 5-15, Cilacap. Sebagai bagian dari Artotel Hotel, Dafam Cilacap mengutamakan kenyamanan beristirahat bagi para pelancong, maupun pebisnis.

Irawan Trimulia, General Manager Dafam Cilacap, mengatakan dalam suatu pertemuan ramah tamah bahwa pihaknya amat mendukung berkembangnya pariwisata Cilacap.

“Karena itu kami mendukung dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang,” katanya di Orchid Lounge and Bar, Sabtu (29/7/2023) siang.

Senada dengan Irawan, Mikhael Hari Kustantyo sang Human Resources Manager menyebutkan keterjangkauan Dafam Cilacap dengan sejumlah obyek wisata popular.

“Dafam Cilacap dekat dengan alun-alun, Teluk Penyu, Benteng Pendem, Nusakambangan. Lalu ada paket  Wisata Bahari malam Kutawaru. Paling jauh ya ke Widara Payung, Bandara, Hutan Payau,” sebutnya di acara yang sama.

Dafam Cilacap memiliki  102 kamar berbagai tipe antara lain  Superior, Deluxe, Deluxe Pool View, Executive, Executive Pool View, Suite dan Royal Suite. Perbedaan masing-masing tipe ada pada luas kamar, dan fasilitas yang berbeda, serta tarif per malam tentunya.

interior Suite Room. Sumber: GitaFU


Fasilitas Hotel Dafam Cilacap

  1. Canting Restaurant, Orchid Lounge & Bar,  dan Teras Hotel

Konsep  restoran ini adalah menghadirkan menu-menu tradisional yang dipadukan sentuhan modern kepada para tamu hotel. Pemilihan nama ‘Canting’ sendiri disengaja untuk menimbulkan nuansa tradisi Indonesia. Racikan tangan chef  Canting Restaurant sendiri telah kondang kelezatannya. Sehingga boleh dikata Dafam Cilacap identik dengan cita rasa masakan lezat.

interior dan contoh menu Canting Restaurant.

Orchid Lounge and Bar Dafam Cilacap menyediakan aneka food and beverage. Tempatnya cukup nyaman untuk bersantai dan mengobrol. Setiap  Senin, Rabu, dan Jumat ada pertunjukan live music.

Suasana Orchid Lounge & Bar. Foto: dokpri (GitaFU)

Teras Hotel menyajikan kuliner malam hari, dengan menu andalan Nasi Balap dari Mak Sanggul. Tersedia pula menu minuman kopi, dan non kopi dari Kopi Salem. Keunggulan menu di sini ialah harga terjangkau, rasa lezat. Teras Hotel buka sampai jam 3 pagi. Cukup akomodatif bagi perut lapar pemburu kuliner malam.

2.    Swimming Pool, Fitness Room & Musholla

Kolam renang hotel disediakan dengan dua kedalaman: dewasa dan anak. Pengunjung yang tidak menginap pun boleh berenang di sini. Sementara bagi tamu hotel yang menginap tentu saja bisa memakai cuma-cuma semua fasilitas ini.

 

pemandangan ke kolam renang

3.  Meeting Room, Ballroom,  wedding package & candle light dinner

Tamu  yang ingin mengadakan acara entah sekadar gathering perusahaan, arisan, bahkan pesta pernikahan, bisa memakai fasilitas Ruang Pertemuan di Dafam Cilacap. Tersedia Ruang Tulip, dan Edellweiss yang berbeda kapasitas sesuai kebutuhan. Manajemen hotel juga punya penawaran menarik bagi perayaan pernikahan atau  makan malam romantis di tepi kolam renang.

“Harganya mulai dari 300 ribu untuk makan malam berdua pasangan,” beber Mikhael Hari Susantyo.

Bagaimana? Yuh, dolan Cilacap. Nginepe nang Dafam baen!


(Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Artikel Blog Dafam Cilacap & @Cilacap_Kekinian. Lomba ini merupakan rangkaian perayaan ulang tahun Hotel Dafam Cilacap. Semoga Hotel Dafam semakin sukses).


Daftar Pustaka:

1.      Jejak-jejak Sejarah Cilacap, Thomas Sutasman, Pustaka Egaliter:2021

 

 

   

 

 

Sabtu, 19 November 2022

Ini Dia Marketplace Ramah UMKM



Mallee
Aplikasi Marketplace Mallee. Foto: tim/ist


Oleh: Gita FU


Zaman now adalah era digital, apa-apa serba online. Nyaris semua kebutuhan kita sudah tersedia di internet, tinggal buka gawai dan pilih aplikasi yang pas. 

Hal ini berlaku pula bagi kamu yang tengah memulai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan butuh memasarkan produk. Kini kamu dimudahkan dengan hadirnya pasar online alias marketplace. 

Mirip dengan pasar konvensional, di marketplace kamu bisa memajang foto produk. Lalu menanti  konsumen virtual memilih, dan membelinya. Setelah itu kamu kirim pesanan tersebut, dan tunggu uang pembayaran masuk ke rekening. 

Sekilas mudah, benarkah? 

Tentu tidak, Markoni. 

Ada banyak pelaku UMKM sepertimu yang sama-sama memarkir produk di etalase marketplace, bahkan bisa saja produknya serupa dengan milikmu. Kalau sudah begini pasti banyak pertanyaan bermunculan di benakmu. 

Bagaimana caranya bersaing untuk menarik pembeli? Kamu ingin lebih variatif tapi modal kurang, ada solusinya tidak? Apa kamu harus lari ke hutan, teriak di pantai, dan menghilangkan tutup tupperware emak? Siapa yang bisa kasih jawaban, pliisss!

Waduh. Sini, saya sodorkan jawaban. Cobalah Mallee. 


Apa itu Mallee? 


Yak, Mallee (dibaca: moli) adalah aplikasi marketplace buatan anak muda  Indonesia, yang hadir untuk memberi pencerahan dalam transaksi jual beli online. Tagline-nya adalah, #Semuaadasemuabisa. 

Hampir serupa dengan aplikasi marketplace lain di Mallee ada pula fitur etalase produk, transaksi, dan ekspedisi. Pembeli juga dimanjakan dengan promo potongan harga, hingga bebas ongkir. 

Perbedaannya, Mallee amat peduli pada  pelaku UMKM yang menjadi tenant di aplikasi ini. 


Problem UMKM


Menurut Bian, pendiri Mallee, teman-temannya sesama pelaku UMKM kerap mengeluhkan kurangnya support untuk memasarkan produk mereka. 

"Jadi dari ngobrol-ngobrol itu bisa saya simpulkan ada 4 keluhan teman-teman. Yaitu kurangnya pengetahuan dan teknologi untuk bersaing, jago produksi kurang bisa pemasaran, kekurangan modal finansial, dan rentan mengalami penipuan," jabarnya,  dalam salah satu teleconference kami beberapa waktu lalu. 

Bian bercerita bahwa ketika dirinya  bertemu Menteri BUMN Erick Thohir di suatu acara, di Yogyakarta, ia sempatkan menyampaikan hasil perbincangan tersebut. 

Erick Thohir, menurut Bian, menunjukkan kepedulian pada UMKM dan punya keinginan mendorong UMKM naik kelas. 

Selanjutnya Bian berjumpa pula dengan petinggi Bank Mandiri area Jateng dan DIY. Lalu terjadilah pembicaraan-pembicaraan penting. 

Dari situ muncullah ide Bian menciptakan aplikasi marketplace yang ramah pada pelaku UMKM. Ia juga menggandeng beberapa temannya untuk mewujudkan ide.

"Mallee ini asal katanya Mall elektronik. Biar mudah diingat kami singkat Mallee, dibaca Moli," cetus Bian. 


Solusi untuk Pelaku UMKM




Di Mallee mereka menyematkan 4 fitur khusus, yang menjawab 4 problem pelaku UMKM di atas. 

"Kami benamkan fitur edukasi baik online maupun offline. Lalu kami yang membuatkan konten untuk marketing pemilik UMKM," sebut Bian. 

Melalui kerjasama dengan Bank Mandiri, pelaku UMKM yang menjadi tenant Mallee dapat mengajukan KUR sangat lunak, bernilai maksimal 10 juta rupiah. 

Sistem keamanan di Mallee pun terjamin, baik dari sisi penjual maupun pembeli, selayaknya di marketplace lain. 

"Penjual juga dipermudah oleh kami. Biasanya penjual harus antar barang pesanan ke ekspedisi, tapi di Mallee penjual tinggal menunggu ekspedisi datang menjemput barang," terang Bian. 

Mallee menjamin hanya menerima  pelaku UMKM sebagai tenant dan tidak mengakomodir korporasi. Selain itu tidak ada potongan biaya bagi UMKM. 


Program Spesial Mallee




Nah, saya punya kabar baik lagi, nih. Selain sederet keunggulan bagi para pelaku UMKM di atas, Mallee juga sedang mengadakan program spesial lain nih. 

Bagi kamu yang belanja minimal nominal tertentu di Mallee, ada program GRATIS ONGKIR ke seluruh Indonesia plus kesempatan memenangkan HADIAH UNDIAN. 

Jadi, segera unduh Mallee sekarang di App Store atau Google Play Store. Lalu aktifkan fitur Livin' by Mandiri, otomatis kamu bakal dapat voucher belanja dari Indomaret senilai 50 ribu rupiah. Lumayaaan. 


#Mallee

#Marketplace